BeritaPerbankan – Sejumlah paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Komite Stablitas Sistem Keuangan (KSSk) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menunjukan hasil yang baik.
Hal itu disampaikan LPS dalam Webinar Ikatan Alumni Asian Institute of Management (AIM) Indonesia bertajuk “Evaluasi Akhir Tahun: Meneropong Peta Pemulihan Perekonomian Indonesia 2022”, yang digelar secara virtual pada Rabu (17/11).
Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono mengatakan perekonomian nasional pada tahun 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun 2021.
Prediksi Didik Madiyono didasarkan pada penilaian beberapa lembaga internasional seperti IMF, World Bank, OECD dan ADB yang memproyeksikan ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 4,8% hingga 5,9% year on year (YoY) di tahun 2022.
LPS melihat indikator lain yang bakal mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan penjualan semen seluruhnya juga menunjukkan tren perkembangan yang positif.
Indeks keyakinan konsumen meroket di bulan Oktober 2022 ke level 113,4 dari bulan sebelumnya sebesar 95,5. Penjulan semen meningkat 4,6% yoy dan penjualan ritel terdongrak sebesar 5,17% yoy.
Sektor otomotif juga menunjukan tren penjualan yang positif. Penjualan mobil tumbuh 54,11% di bulan Oktober 2022 dan penjualan sepeda motor naik 22,04%.
Pertumbuhan kredit per September 2021 naik 2,21% untuk kredit konsumsi, modal kerja, maupun investasi. Didik juga menyoroti level PMI Indonesia pada bulan Oktober mencetak rekor tertinggi sejak tahun 2011.
PMI Indonesia menduduki peringkat ke-7 di ASEAN di level 57,2 dari bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Meskipun banyak faktor menunjukan perekonomian Indonesia optimis akan tumbuh di atas 5 persen pada tahun 2022, LPS tetap mengimbau seluruh pihak tetap waspada.
“Namun demikian, kita harus tetap waspada dan tidak boleh lengah dalam mengantisipasi berbagai faktor ketidakpastian yang masih membayangi pemulihan ekonomi global.” ujar Didik dalam keterangan tertulis, Kamis (18/11) malam.
Menurut Didik, Indonesia tetap harus waspada adanya potensi mutasi varian baru covid-19 seperti varian delta plus, kebijakan tapering yang mulai digulirkan di negara-negara maju, energy crunch dan tren peningkatan inflasi di beberapa negara karena supply chain constraint.
Paket kebijakan yang dikeluarkan KSSK membuahkan hasil yang positif. LPS mengatakan bahwa Indonesia sudah keluar dari ancaman krisis ekonomi karena pandemi. Hal itu ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi nasional di level 3,50% pada triwulan ke tiga tahun 2021 dibandingkan pada triwulan ke dua yang tumbuh 1,55%.
Di sektor perbankan LPS mencatat deposito mengalami peningkatan tertinggi dan mendominasi jumlah simpanan di perbankan. Total simpanan di bank umum berdasarkan data bulan September 2021 naik 1,4% secara bulanan (MoM) menjadi Rp 7.224 triliun.
Simpanan di bank untuk kategori simpanan di atas Rp 5 miliar mendominasi sebanyak 50,7% dari total simpanan di perbankan atau naik sebanyak 2,5% secara bulanan (MoM).
Jumlah rekening simpanan di bank umum per September 2021 mencapai 372,5 juta rekening atau naik sebanyak 2,0% MoM, yang didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebanyak 97,5%.