Berita Perbankan – Tekad Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menjaga stabilitas dan keamanan sektor perbankan ditunjukkan dengan membangun sistem teknologi informasi terbaru yang lebih canggih untuk mengawasi aktivitas Bank Perekonomian Rakyat (BPR). Proyek dengan alokasi dana sebesar Rp 200 miliar ini akan mulai diperkenalkan pada tahun 2025 mendatang.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan bahwa sistem IT canggih yang disiapkan LPS akan menghadirkan peningkatan signifikan dalam pemantauan dan pengawasan terhadap BPR. LPS berusaha untuk memastikan bahwa setiap BPR beroperasi dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Langkah ini diyakini mampu menekan jumlah BPR yang jatuh dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan perbankan.
“Kita sedang bangun sistem IT untuk BPR. Sehingga mereka bisa lebih profesional dan kita juga bisa mengawasi mereka secara real time dari waktu ke waktu,” kata Purbaya.
Investasi sebesar Rp 200 miliar akan digunakan untuk mengembangkan sistem IT yang mampu memantau sejumlah besar data dan transaksi perbankan dengan efisien. Sistem ini juga akan dilengkapi dengan fitur keamanan tingkat tinggi untuk melindungi informasi nasabah dan data perbankan.
“Kami akan bangun sistem IT yang dapat dipakai BPR se-Indonesia secara gratis. Sehingga mereka (BPR) bisa lebih bagus menata manajemen perbankannya. Itu nanti ke depanya, supaya BPR tidak gampang jatuh lagi,” kata Purbaya.
Dia juga menyatakan bahwa tingkat keamanan dalam teknologi ini sangat tinggi, sehingga sulit untuk diretas.
“Jangan sampai sistemnya kacau gampang di-hack. Saya jamin LPS IT-nya canggih sekali,” tutur Purbaya.
Dengan rencana peluncuran pada Januari 2025, LPS akan menciptakan standar baru dalam pengawasan perbankan regional. Inovasi ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas sektor perbankan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebelum diluncurkan pada tahun 2025, Purbaya mengatakan pada tahun 2024 LPS akan terlebih dahulu melakukan uji coba sistem IT yang dibangun untuk memastikan kesiapan penggunaan teknologi tersebut sehingga tidak mudah diretas.
Purbaya mengungkapkan bahwa sistem tersebut merupakan kontribusi dari LPS untuk perkembangan sektor perbankan di Indonesia. Sebagai lembaga yang mengumpulkan iuran dari institusi keuangan, sistem IT yang difokuskan pada BPR ini adalah bentuk kontribusi LPS dalam mendukung kemajuan industri perbankan.
“Supaya uang LPS juga utuh. Kalau BPR tidak bermasalah kan kami juga tidak keluar duit. Tapi yang penting masyarakat juga tenang,” ungkap dia.
Purbaya menyatakan bahwa masalah yang biasanya dihadapi oleh BPR tidak berkaitan dengan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, banyak bank bangkrut diakibatkan oleh manajamen pengelolaan bisnis yang buruk.