BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menggelar Workshop Media Nasional pada Jum’at 29 November 2024 di Bandung, Jawa Barat. Acara ini bertujuan untuk memperkuat literasi ekonomi di kalangan praktisi media, dengan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai berbagai teori ekonomi yang kerap menjadi sorotan dalam pemberitaan, seperti konsep pendapatan nasional, inflasi, neraca pembayaran, kebijakan moneter dan fiskal, hingga pemanfaatan data statistik keuangan serta perbankan.
Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, mengatakan bahwa dalam kegiatan tersebut, LPS berharap para jurnalis dapat menyampaikan informasi ekonomi yang lebih komprehensif dan akurat kepada masyarakat, termasuk kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
“Kami berharap pemahaman mengenai konsep-konsep ekonomi makro ini bisa membantu praktisi media dalam memberikan informasi yang tepat terkait kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, para jurnalis juga diharapkan mampu mengomunikasikan fokus dari berbagai lembaga atau regulator, termasuk LPS,” ujarnya.
Seto juga memberikan apresiasi kepada para jurnalis yang hadir untuk berdiskusi dengan LPS. Ia mengungkapkan bahwa peran jurnalis sangat penting dalam memberikan masukan yang berharga bagi LPS, terutama dalam menyosialisasikan kebijakan-kebijakan LPS kepada masyarakat.
“Kami sangat menghargai kesempatan ini untuk berdiskusi langsung dengan para wartawan berpengalaman. Dengan demikian, kami bisa mendapatkan masukan yang berharga tentang bagaimana cara yang lebih efektif dalam menyosialisasikan kebijakan-kebijakan LPS. Semoga acara ini bermanfaat bagi semua pihak, dan dapat menambah wawasan tentang ekonomi makro,” tambahnya.
Sesi diskusi dalam workshop tersebut juga menyoroti beberapa isu penting, salah satunya adalah mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi di Indonesia, seperti halnya pertumbuhan ekonomi, bersifat fluktuatif. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Indonesia pada Oktober 2024 tercatat sebesar 0,16% secara bulanan (MoM), setelah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut.
“Pada periode tertentu, seperti bulan Desember, Januari, atau saat bulan Ramadhan, inflasi cenderung meningkat. Namun, di periode lain, misalnya ketika panen raya padi, kita bisa mengalami deflasi,” jelas Seto.
Selain membahas kondisi ekonomi makro, LPS juga memberikan pembaruan terkait tugas dan perannya dalam menjaga stabilitas perbankan. Sejak mulai beroperasi pada 2005 hingga 31 Oktober 2024, LPS telah menangani simpanan di 137 bank yang izin usahanya dicabut. Dari jumlah tersebut, LPS telah membayarkan total simpanan sebesar Rp2,82 triliun, dengan rincian Rp202 miliar untuk bank umum dan Rp2,62 triliun untuk Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS), mencakup 413.397 rekening nasabah.
Selama periode Januari 2024 hingga Oktober 2024, LPS telah menangani simpanan dari 15 bank yang juga mengalami pencabutan izin usaha. Untuk periode ini, LPS telah membayarkan klaim simpanan mencapai Rp735,26 miliar, dengan jumlah rekening yang ditangani sebanyak 108.116 rekening.
LPS menegeaskan bahwa kegiatan workshop media yang rutin digelar ini merupakan bentuk komitmen LPS dalam meningkatkan literasi ekonomi di kalangan media sekaligus memperkuat peran dalam menjaga kepercayaan publik terhadap sistem perbankan Indonesia. Dengan sinergi yang terjalin antara LPS dan praktisi media, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dinamika ekonomi makro serta peran LPS dalam menjaga stabilitas sektor keuangan nasional.