BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan perlu waktu untuk bertransformasi menuju ‘Masyarakat Cashless‘. Transaksi tunai atau cash di Indonesia masih terbilang tinggi.
Latar belakang pendidikan masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) menjadi salah satu tantangan dalam menumbuhkan kebiasaan transaksi digital.
“Masyarakat kita luas sekali, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian besar masyarakat kita lulusan SD, jadi untuk bertransaksi digital hingga transaksi cash mengecil itu perlu waktu,” kata Purbaya.
LPS mencatat transaksi tunai perlahan mengalami penurunan. Pada tahun 2019 transaksi tunai mencapai 60 persen dari total transaksi keuangan di Indonesia.
Pada tahun 2020 kembali terjadi penurunan dua persen menjadi 58 persen, namun pada tahun 2021 naik tipis menjadi 59 persen.
Jumlah transaksi keuangan cash diproyeksikan akan terus menurun seiring dengan kuatnya penetrasi keuangan digital saat ini.
LPS memprediksi transaksi keuangan tunai akan turun menjadi 45 persen pada tahun 2025. Itu artinya sebagian besar masyarakat kita lebih banyak menggunakan metode pembayaran atau transaksi secara digital baik tunai maupun non tunai.
Pertumbuhan Transaksi Keuangan Digital
Bank Indonesia mencatat adanya pertumbuhan transaksi keuangan digital di tahun 2022. Pada triwulan pertama 2022 nilai transaksi keuangan digital tumbuh 42,06 persen secara tahunan (yoy).
LPS juga melaporkan adanya peningkatan jumlah rekening nasabah bank digital pada Mei 2022 menjadi 38,2 Juta rekening atau naik sebanyak 8.238,4 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan perkembangan pesat transaksi digital dipengaruhi oleh perubahan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring yang didukung oleh kemudahan sistem pembayaran digital yang disediakan dan masifnya perkembangan digital perbankan.
Nilai transaksi keuangan digital diproyeksikan akan tumbuh 18,03 persen menjadi Rp 360 triliun hingga akhir tahun 2022.
“Transaksi ekonomi dan keuangan digital menunjukkan perkembangan pesat seiring peningkatan akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/4).
Nilai transaksi perbankan digital pada triwulan pertama 2022 tumbuh 34,9 persen (yoy) dan diprediksi tumbuh 26,72 persen (yoy) menjadi Rp 51,72 kuadriliun.
Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan keuangan dan ekonomi digital melalui berbagai kebijakan terkait sistem pembayaran non-tunai.