BeritaPerbankan – Hidup selalu berputar, kadang di atas kadang di bawah. Ada kalanya punya uang, di lain waktu bisa juga dompet kosong rekening kering. Berhutang adalah jalan yang ditempuh sebagian orang untuk memenuhi kebutuhan baik konsumtif maupun utang produktif.
Seperti kita ketahui kebutuhan manusia terbagi dalam tiga kategori yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Setiap orang pasti berkeinginan dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut, namun ada kalanya pendapatan tidak mendukung keinginan kita.
Pastikan untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sederhananya kebutuhan adalah sesuatu yang harus segera diperoleh untuk keberlangsungan hidup, tidak bisa ditunda terlalu lama. Sedangkan keinginan tujuannya adalah mencapai kepuasan meskipun barang yang kita beli sebenarnya tidak terlalu penting.
Misalnya kita sangat membutuhkan sepatu untuk bekerja. Dana yang tersedia hanya Rp. 300 ribu. Jika mengacu pada prinsip kebutuhan kita bisa membeli sepatu lokal dengan harga di bawah 300 ribu. Namun kalau mengikuti keinginan, pasti kita ingin sepatu bermerek yang dijual di mall besar, kemasannya menarik, tokonya bersih dan bisa sekalian ‘pamer’ di media sosial. Itulah sedikit ilustrasi soal kebutuhan dan keinginan.
Dalam kenyataanya seringkali kita dihadapkan pada situasi dimana pendapatan kita tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Mengambil pinjaman atau utang menjadi jalan pintas agar kebutuhan bisa segera terpenuhi.
Sebenarnya boleh-boleh saja kita berutang baik untuk kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk gaya hidup. Sepanjang kita memiliki kendali dan perhitungan yang benar soal utang berbanding dengan penghasilan. Jangan besar pasak daripada tiang.
Menghabiskan gaji untuk membayar utang adalah pertanda kesehatan finansial kita terganggu. Lantas berapa jumlah utang yang masih dalam level wajar? Bagaimana cara mengelola keuangan termasuk utang supaya bisa produktif?
Rekomendasi LPS Rasio DTI
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Kamis (7/10) membagikan tips melalui laman instagram resmi LPS tentang rasio utang terhadap jumlah pendapatan kita.
Rasio debt to income (DTI) adalah analisa rasio perbandingan dari jumlah hutang bulanan dengan total pendapatan kotor per bulan.
DTI dapat dijadikan acuan untuk mengukur kesehatan finansial kita, sebagai alarm apabila arus keuangan mulai melenceng dari jalurnya.
Penghitungan DTI juga bisa dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memutuskan mengambil sebuah pinjaman. Kita bisa mengetahui apakah jumlah utang kita dapat ditoleransi atau tidak.
LPS merekomendasikan nilai persentase DTI tidak melebihi 36% karena dapat mengganggu kesehatan finansial. Cara menghitung rasio debt to income (DTI) cukup mudah yaitu jumlah utang perbulan dibagi jumlah pendapatan kotor per bulan dikalikan dengan 100. Nantinya anda akan mendapatkan jumlah persentase.
Jika hasilnya di bawah 36% LPS menilai kondisi keuangan anda relatif baik. Namun jika melebihi 36% anda patut waspada dan harus mengevaluasi arus kas anda supaya dapat segera dicari solusinya.
Cara Agar Terlepas Dari Kebiasaan Berutang
Benar juga kata orang bijak, punya utang bikin hidup tidak tenang. Khawatir tidak sanggup membayar, takut kalau-kalau bulan depan kena PHK dan gagal bayar utang. Bagi wirusahawan punya utang juga bikin hati tidak tenang sebab namanya bisnis tidak selalu lancar, adakalanya untung bisa juga besok buntung.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menanamkan dalam diri dan pikrian kita bahwa hidup harus sesuai dengan isi dompet. Terutama untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Seperti membeli gadget terbaru, membeli kendaraan keluaran terbaru, makan di tempat hits, membeli pakaian dan sepatu bermerek dsb.
Utang Konsumtif dan Produktif
Sempat disinggung di awal artikel ini, bahwa utang terbagi menjadi dua yaitu utang konsumtif, pinjaman yang dipergunakan untuk membeli barang yang nilainya cepat turun dan tidak mendatangan pemasukan di masa depan.
Sementara utang produktif adalah pinjaman yang dipergunakan untuk kegiatan usaha, membeli barang yang nilainya terus meningkat sehingga dapat memberikan imbal hasil positif dimasa depan. Seperti membeli sebidang tanah, rumah, investasi dan sebagainya.
Jika anda punya usaha dan ingin mengembangkan usaha anda dengan cara meminjam sejumlah uang untuk tambahan modal boleh saja mengambil utang. Jumlah utang harus disesuaikan juga dengan potensi kemampuan pengembalian utang.
Anda juga bisa mengambil utang untuk membeli properti yang memiliki potensi menghasilkan selisih keuntungan yang cukup besar.
Sementara untuk yang berniat mengambi utang demi membeli mobil terbaru, gadget terbaru atau untuk sekedar berlibur ke tempat yang sedang tren lebih baik dipikirkan kembali. Apakah anda benar-benar membutuhkan semua itu? Karena semuanya tidak memiliki potensi pertambahan nilai.
Mobil bekas pasti harganya turun, gadget terbaru tahun ini nilainya bakal turun dalam beberapa bulan ke depan berganti dengan gadet yang lebih canggih. Yang anda peroleh hanya kepuasan, pengalaman dan gengsi, sedangkan cicilan terus berlanjut.
Mencatat Pemasukan dan Pengeluaran
Tanpa kita sadari, uang yang kita hasilkan pergi begitu saja entah kemana. Banyak orang yang gagal mengelola keuangan berawal dari tidak mencatat pengeluaran.
Pengeluaran sekecil apapun sebaiknya anda tulis. Di akhir bulan anda bisa mengevaluasi barang apa saja yang anda beli selama satu bulan, habis berapa dan sisa berapa penghasilan anda bulan lalu?
Sebelum membelanjakan uang bulanan, pastikan 30% dari pendapatan anda ditabung. Sisanya baru dikelola untuk kebutuhan selama sebulan ke depan. Jangan mengganggu uang 30% tersebut karena statusnya dana darurat.
Jika dari 70% pendapatan anda habis atau bahkan minus artinya anda harus mencoret beberapa pos pengeluaran agar bulan depan tidak babak belur lagi keuangannya.
Belanja Di saat yang Tepat
Untuk kebutuhan sekunder dan tersier ada baiknya menunggu saat yang tepat untuk berbelanja. Promo tanggal cantik, promo event tertentu. Dengan begitu anda akan lebih cermat dalam berbelanja, bersabar menunggu waktu yang tepat dan hati-hati dalam membelanjakan uang.
Tentukan Besaran Anggaran Belanja Perbulan
Ini penting sekali. Anda sebaiknya menetapkan jumlah uang yang boleh dibelanjakan. Terapkan dalam kehidupan anda tidak boleh ada toleransi dengan pengeluaran yang tak terkendali. Pokoknya cukup tidak cukup uang pengeluaran tidak boleh lebih dari itu.
Ha itu akan mengajarkan kita tentang kedisiplinan dalam mengelola keuangan. Ada baiknya mencatat di awal bulan apa saja yang perlu anda beli dan yang ingin anda beli. Coba riset harga-harganya dan hitung. Kalau minus berarti anda harus mencoret beberapa daftar belanja anda.
Jangan Pakai Kartu Kredit/Pay Later
Jaman sekarang berutang lebih mudah. Ada kartu kredit dan Pay Later. Keduanya punya fungsi yang sama menyediakan utang bagi debitur. Pengguna bisa berbelanja, membeli makanan, tiket nonton, belanja online hanya dengan sebuah kartu atau scan QR code layanan pay later tertentu.
Kalau anda ingin terbebas dari utang dan hidup damai, tinggalkan saja mereka. Hiduplah sesuai kemampuan anda, sesuaikan gaya hidup dengan isi dompet. Kalau anda tidak mau ribet dengan uang cash, anda bisa mengggunakan kartu e money atau debit.