BeritaPerbankan – Dalam laporan likuiditas bulanan LPS menyebutkan bahwa suku bunga simpanan perbankan akan mengalami kenaikan secara bertahap. Hal itu sebagai konsekuensi atas kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang kini berada di level 4,25 persen setelah kenaikan pada bulan Agustus dan September 2022.
BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan naik sebanyak 50 bps pada bulan September, yang mana sebelumnya pada bulan Agustus Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps.
LPS mengatakan dampak kenaikan suku bunga acuan akan membuat bank mengatur strategi pengelolaan likuiditas untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga kredit dan kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM).
“Penyesuaian suku bunga ke depan diperkirakan akan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas dan spread antara biaya bunga simpanan dan kredit dalam rangka menjaga net interest margin [NIM],” tulis laporan LPS dikutip pada Minggu (9/10/2022).
LPS mencatat saat ini kondisi likuiditas perbankan masih longgar sehingga mampu menekan potensi kenaikan suku bunga secara berlebihan. Kenaikan suku bunga offshore turut mempengaruhi pergerakan suku bunga valuta asing.
Sementara itu suku bunga simpanan hingga akhir 2022 tercatat bergerak naik stabil dengan suku bunga pasar (SBP) rata-rata naik 1 basis poin (bps) ke lvel 3,09 persen. Suku bunga minimum dan maksimum pada Agustus 2022 masing-masing berada di level 2,54 persen dan 3,63 persen.
Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan kenaikan tingkat GWM mempengaruhi kondisi likuiditas perbankan meskipun saat ini masih dalam level aman. Menjelang akhir tahun 2022 jumlah likuiditas perbankan diproyeksikan akan bertambah.
“Menjelang akhir tahun, likuiditas perbankan kami perkirakan akan meningkat kembali seiring dengan meningkatnya siklus belanja pemerintah di mana tambahan dana akan masuk ke dalam sistem perbankan,” ujar Batara.