BeritaPerbankan – Pemulihan ekonomi nasional pasca terpuruk akibat pandemi covid-19 terus dilakukan pemerintah. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melihat indikasi ekonomi nasional sudah keluar dari ancaman bahaya.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kabar gembira dari sektor keuangan dimana permintaan kredit pada Agustus 2021 tumbuh 0,9% secara tahunan. Dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 8,8% secara tahunan.
Sementara itu rasio pinjaman terhadap simpanan perbankan atau loan to deposit ratio (LDR) berada di kisaran 80,66%.
Namun demikian penyaluran kredit masih minus 0,59% pada Mei lalu, meskipun kondisi itu lebih baik dibandingkan bulan April lalu. Likuiditas yang berlimpah harus diimbangi dengan penyaluran kredit yang tepat sasaran terutama di sektor riil.
Faktor pendorong meningkatnya jumlah kredit disebabkan suplai uang dari bank sentral kepada perbankan terus bertambah. Sehingga perbankan memiliki dana yang cukup banyak untuk disalurkan melalui kredit usaha.
Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan saat ini perbankan mulai mengurangi penyimpanan dana di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan Bank Indonesia untuk biaya stimulasi pemulihan ekonomi melalui penyaluran kredit.
Purbaya menambahkan sebelumnya likuiditas perbankan tidak semasif sekarang karena lesunya permintaan kredit akibat pandemi. Oleh sebab itu banyak bank yang memilih mengamankan dana di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan Bank Indonesia (BI).
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bersama OJK, Kementerian Keuangan dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mendorong perbankan untuk segera menyalurkan kredit ke sektor riil agar pemulihan ekonomi dapat terakselerasi lebih cepat.
Mantan Kepala Danareksa Research Institute ini optimis kondisi sistem keuangan yang sudah mulai menunjukan tren positif mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional. Purbaya sangat optimis Indonesia sudah benar-benar keluar dari ancaman bahaya ekonomi.
Deputy Director Indef Eko Listiyanto mengatakan kunci pemulihan ekonomi nasional adalah penyaluran kredit di sektor riil. Dengan kata lain peningkatan laju kredit akan menopang perekonomian.
Eko menambahkan tantangan yang dihadapi untuk meningkatkan laju permintaan kredit adalah masih terbatasnya ruang gerak para pelaku usaha, bukan semata-mata karena faktor suku bunga kredit.
Eko juga menyoroti peran pemerintah sudah nampak dari sisi konsumsi dengan berbagai program yang dijalankan. Akan tetapi itu saja tidak cukup.
Jika pemerintah ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% maka tugas pemerintah adalah memastikan perbankan menyalurkan kredit secara masif untuk sektor riil termasuk UMKM dan korporasi sehingga pertumbuhan kredit bisa membaik.
Sektor kesehatan, pertanian dan komunikasi adalah beberapa sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi. Penyaluran kredit ke sektor-sektor potensial seperti itu perlu ditingkatkan agar perekonomian nasional ikut terkatrol.