BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, mengungkapkan pandangannya mengenai tren penurunan saldo rata-rata tabungan kelompok masyarakat dengan nilai simpanan di bawah Rp100 juta. Meskipun kelompok ini mengalami penurunan saldo, pertumbuhannya tetap positif.
Menurut Purbaya, LPS membagi kelompok simpanan masyarakat di bawah Rp100 juta ke dalam beberapa kategori, yaitu: di bawah Rp1 juta, Rp1 juta-Rp5 juta, Rp5 juta-Rp10 juta, Rp10 juta-Rp25 juta, Rp25 juta-Rp50 juta, dan Rp50 juta-Rp100 juta.
Dalam keterangannya, Rabu (9/10/2024), Purbaya menyebut bahwa kelompok dengan saldo di bawah Rp1 juta mencatat pertumbuhan paling lambat, yaitu hanya 0,72% pada tahun ini. Menurutnya, faktor seperti keterbatasan dana awal dan belum dicairkannya Bantuan Langsung Tunai (BLT) diduga menjadi penyebab utama lambatnya pertumbuhan di kategori ini.
Namun, jika ditelusuri lebih lanjut, kelompok simpanan Rp1 juta hingga Rp5 juta mengalami pertumbuhan sebesar 5,92%. Sementara itu, simpanan Rp5 juta-Rp10 juta naik 6,16%, diikuti oleh Rp10 juta-Rp25 juta dengan pertumbuhan 5,28%. Simpanan dalam kategori Rp25 juta-Rp50 juta naik 5,73%, dan kelompok Rp50 juta-Rp100 juta mencatat kenaikan sebesar 5,19%.
Lebih lanjut, Purbaya menyoroti bahwa angka-angka tersebut menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Juli 2024, kelompok simpanan Rp25 juta-Rp50 juta hanya tumbuh 5,13%, sementara kelompok Rp50 juta-Rp100 juta hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,13%. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa kelompok menengah mulai mengalami pemulihan, bertentangan dengan narasi yang mengatakan bahwa kelas menengah sedang dalam penurunan.
“Meski ini belum final, namun kita akan terus memantau. Dari data yang ada, kekhawatiran bahwa kelas menengah akan menghadapi krisis tampaknya tidak terbukti seburuk yang dikabarkan,” ujarnya.
Secara umum, data dari LPS menunjukkan bahwa tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp100 juta mengalami pertumbuhan paling lambat sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) dibandingkan dengan kelompok simpanan lainnya. Hingga Agustus 2024, total nominal simpanan di bawah Rp100 juta mencapai Rp1.061,42 triliun atau setara 12,2% dari total simpanan nasional yang berjumlah Rp8.698,53 triliun. Pertumbuhan simpanan di kelompok ini tercatat hanya naik 0,8% ytd, sementara secara tahunan (year on year/yoy) naik 5,3%, dan secara bulanan tumbuh tipis 0,3%.
Di sisi lain, simpanan nasabah kaya, yang umumnya berasal dari korporasi, dengan saldo di atas Rp5 miliar masih mendominasi, mencapai Rp4.630,51 triliun atau 53,2% dari total simpanan. Simpanan di kelompok ini mengalami pertumbuhan 2,1% ytd, dan secara tahunan meningkat 9,1% yoy, meskipun secara bulanan justru mengalami penurunan 0,9% month on month (MoM).
Simpanan nasabah dengan saldo antara Rp100 juta hingga Rp200 juta mengalami pertumbuhan 2,4% ytd dan 5,1% yoy. Untuk kategori Rp200 juta-Rp500 juta, pertumbuhan ytd tercatat sebesar 3%, dan secara tahunan mencapai 4,5%. Kategori simpanan Rp500 juta-Rp1 miliar tumbuh 2,9% ytd, dan naik 5,7% yoy.
Selanjutnya, simpanan dengan saldo Rp1 miliar-Rp2 miliar tumbuh 3,4% ytd dan 3,8% yoy, sementara simpanan Rp2 miliar-Rp5 miliar mencatat pertumbuhan 1,8% ytd dan 3,9% yoy. Data ini menunjukkan bahwa meskipun simpanan masyarakat berpenghasilan rendah tumbuh melambat, pertumbuhan di segmen menengah dan atas masih cukup solid, mencerminkan stabilitas keuangan di berbagai tingkatan masyarakat.