BeritaPerbankan – Dalam beberapa bulan terakhir, fenomena “makan tabungan” telah menjadi isu yang hangat diperbincangkan dan memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi Covid-19, ditambah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melemahnya daya beli, membuat sebagian masyarakat terpaksa menguras simpanan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menanggapi kekhawatiran ini dengan bijaksana. Ia mengakui bahwa fenomena “makan tabungan” mungkin terjadi pada sebagian masyarakat yang terdampak krisis ekonomi. Namun, ia juga menekankan pentingnya tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi situasi ini.
“Fenomena ini tidak menyentuh semua lapisan masyarakat. Masih ada segmen yang menunjukkan pertumbuhan positif,” ungkapnya.
Menurut data LPS, meskipun ada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, tidak semua segmen masyarakat menghadapi penurunan simpanan. Justru, simpanan di beberapa kategori nominal menunjukkan tren yang positif. Simpanan dengan nominal antara Rp1 juta hingga Rp100 juta mencatat pertumbuhan yang signifikan, mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi tidak seburuk perkiraan banyak pihak.
“Mungkin ada yang terpaksa makan tabungan, namun di saat yang sama, ada juga yang memang sejak awal tidak memiliki simpanan,” ujar Purbaya.
Berikut ini adalah data terbaru dari LPS tentang Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Nominal:
- Simpanan di bawah Rp1 juta: Tumbuh 0,72 persen.
- Simpanan Rp1 juta hingga Rp5 juta: Tumbuh 5,92 persen.
- Simpanan Rp5 juta hingga Rp10 juta: Tumbuh 6,16 persen.
- Simpanan Rp10 juta hingga Rp25 juta: Tumbuh 5,28 persen.
- Simpanan Rp25 juta hingga Rp50 juta: Tumbuh 5,73 persen.
- Simpanan Rp50 juta hingga Rp100 juta: Tumbuh 5,19 persen.
Dari data tersebut, terlihat bahwa pertumbuhan simpanan masyarakat dengan nominal menengah masih relatif kuat, sementara segmen dengan simpanan di bawah Rp1 juta mengalami stagnasi, dengan pertumbuhan hanya 0,72 persen.
“Pertumbuhan ini menunjukkan adanya perbaikan kecil di beberapa segmen, sehingga kita tidak perlu terlalu khawatir bahwa semua masyarakat sedang kesulitan,” jelas Purbaya.
Dampak pandemi yang berkepanjangan dan inflasi yang tinggi menjadi faktor utama yang memicu fenomena ini, terutama di kalangan menengah ke bawah. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan biaya hidup yang semakin berat memaksa banyak orang untuk mengandalkan tabungan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa bahkan mungkin tidak memiliki cukup tabungan sejak awal, sehingga semakin terjepit oleh situasi ini.
Namun, Purbaya menekankan bahwa fenomena ini tidak boleh dilihat sebagai kegagalan total ekonomi. Ia yakin, dengan adanya kebijakan-kebijakan strategis dari pemerintah, tren pemulihan akan terus berlangsung dan kondisi ekonomi secara keseluruhan akan membaik.
“Kita harus melihat gambaran yang lebih besar. Memang ada yang terdampak, tapi ada juga pertumbuhan dan perbaikan di segmen lain,” tegasnya.
Purbaya juga menambahkan bahwa pertumbuhan tabungan di kategori nominal kecil yang stagnan bukanlah tanda bahaya yang tak teratasi. Kebijakan pemerintah, seperti stimulus ekonomi, bantuan sosial, dan insentif bagi dunia usaha, akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Langkah-langkah ini diyakini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat daya beli.
“Pemulihan ekonomi memang memakan waktu, namun tren perbaikan sudah mulai terlihat. Penting untuk tetap percaya pada kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah,” kata Purbaya.
Di tengah tantangan ekonomi, Purbaya juga menyarankan masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Ia menekankan pentingnya penyusunan anggaran yang ketat dan disiplin dalam menabung, meskipun jumlahnya kecil.
“Masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan, menghindari pengeluaran yang tidak perlu, dan memprioritaskan kebutuhan pokok,” ujarnya.
Selain itu, Purbaya mendorong masyarakat yang memiliki akses ke program bantuan pemerintah untuk memanfaatkannya secara optimal, guna meringankan beban finansial mereka. Langkah-langkah pemerintah, jika diikuti dengan bijak, dapat membantu banyak keluarga melewati masa-masa sulit ini.
“Kita harus melihat situasi ini dengan perspektif jangka panjang. Pemulihan sedang berlangsung, dan kita harus percaya bahwa langkah-langkah yang diambil saat ini akan memberikan dampak positif dalam waktu mendatang,” pungkasnya.