BeritaPerbankan – Berdasarkan data Mandiri Spending, pengeluaran masyarakat saat ini lebih terarah pada kebutuhan yang terkait supermarket. “Supermarket ini biasa kami gunakan sebagai proxy untuk belanja makan dan minuman,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam acara Asian Development Outlook 2024 Discussion di Perpustakaan Nasional, Jakarta pada Kamis, 16 Mei 2024.
Data MSI menunjukkan, porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk kebutuhan makan minum pada 2024 melonjak lebih tinggi dibandingkan 2023. Ketika Januari 2023, porsi penghasilan yang digunakan untuk membeli kebutuhan primer masih 13,9%, namun pada Mei 2024 ini naik hingga 26%.
Menurut Andry, data ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin banyak mengalokasikan penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari disebabkan harga bahan pokok naik, sdangkan pendapatan masyarakat tetap. “Sehingga kalau untuk belanja yang secondary relatif terbatas, ini yang akan berpengaruh pada kemampuan belanja barang non-primer,” katanya.
Kelompok yang paling tertekan daya belinya disebutkan Andry ada pada kelas bawah dan menengah.
Pada masyarakat kelas bawah, data jumlah simpanan di bank juga menunjukkan sempat turun ketika harga makanan pokok naik. Namun, belakangan angka itu melandai seiring dengan pengucuran bantuan sosial dari pemerintah.
Untuk kelompok menengah-bawah, indeks belanja mereka stagnan. Artinya, mayoritas penghasilan kelompok ini masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan. Di lain sisi, jumlah tabungan kelompok ini juga berkurang. “Ini yang kita sebut makan tabungan, jadi kalau mau belanja keluarin dulu tabungannya,” kata Andry.
Sedangkan untuk masyarakat kelas atas, justru tabungannya mengalami kenaikan. Hal ini karena daya beli yang terjaga ditopang oleh pendapatan dari investasi yang mereka lakukan di saham maupun obligasi.