BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyambut baik tren anak-anak muda dari kalangan milenial yang mulai tertarik menjadi investor. Purbaya menuturkan momentum baik itu harus didukung dengan peningkatan literasi keuangan di kalangan generasi milenial.
Purbaya mengatakan literasi merupakan kunci dalam berinvestasi. Tanpa pengetahuan yang cukup maka akan menimbulkan potensi kerugian bagi investor sangat besar.
Tren generasi muda berinvestasi harus terus dijaga dan ditingkatkan karena masa depan dunia investasi nasional ada di tangan milenial.
Literasi keuangan mutlak diperlukan seiring dengan peningkatan jumlah investor yang signifikan. Pada tahun 2018 jumlah investor pasar modal hanya berjumlah 1,6 juta investor. Sementara pada tahun 2021 jumlah investor melonjak drastis menjadi 6,75 juta investor atau empat kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun.
Pandemi covid-19 telah mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka, salah satunya dengan cara berinvestasi.
Yang menarik adalah secara demografi investor di tanah air didominasi oleh kalangan anak muda berusia di bawah 30 tahun dengan persentase mencapai 59,50 persen atau lebih dari 4 juta investor dan besaran aset mencapai Rp 40,56 triliun.
“Melihat data ini, jelas banyak terjadi peningkatan di investor muda atau investor pemula. Ini yang harus jadi target edukasi. Karena ini momentum, tak pernah selama ini terjadi peningkatan drastis di katagori investor muda seperti pelajar dan mahasiswa. Ini harus dijaga,” tegas Purbaya.
Masih dari kalangan anak muda, kelompok usia 31 sampai 40 tahun berkontribusi sebanyak 21,51 persen atau 1,45 juta investor dengan kepemilikan aset sebanyak Rp 90,3 triliun.
Berdasarkan jenjang pendidikan mayoritas investor memiliki latar belakang pendidikan sekolah menengah atas (SMA) yang mencapai 56,75 persen dengan total investasi sebesar Rp 169,44 triliun.
Jika dilihat dari sisi pekerjaan, pegawai swasta dan ASN serta pelajar paling banyak berkontribusi sebesar 61 persen dari jumlah investor di Indonesia dengan total aset mencapai lebih dari Rp 300 triliun.
Melihat tingginya minat masyarakat terutama kalangan investor usia muda mendorong LPS untuk berkontribusi memberikan literasi keuangan dan investasi bagi para investor pemula.
Purbaya mengamati masih banyak kita temukan kabar kerugian investasi dalam jumlah yang tidak sedikit yang membuat stigma negatif dunia investasi. Hal itu diakibatkan rendahnya literasi masyarakat atau investor soal keuangan dan investasi.
“LPS siap mengedukasi langsung investor-investor pemula. Kami punya tools untuk mengajar mereka membaca analisis teknikal di pasar saham sampai crypto. Tren berinvestasi ini harus dimanfaatkan dengan baik, jangan sampai mereka tersesat dan kapok karena harus mengalami kerugian akibat kurang pengetahuan,” kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya menambahkan meski upaya sejumlah pihak memberikan literasi keuangan sudah dilakukan namun ternyata belum cukup untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
Hal itu terlihat dari masih rendahnya angka literasi keuangan dibandingkan dengan indeks inklusi keuangan. Tingkat inklusi keuangan mencapai 76 persen sementara literasi keuangan baru mencapai 38,03 persen.
“Artinya peningkatan akses terhadap produk keuangan cenderung dari masyarakat belum diikuti sepenuhnya oleh pemahaman terhadap risiko-risikonya,” tuturnya.