BeritaPerbankan – Bank Indonesia (BI) mencatat adanya perlambatan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Salah satunya disebabkan oleh pengalihan dana simpanan nasabah ke instrumen investasi surat berharga negara (SBN).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan secara tahunan jumlah DPK pada Agustus 2022 mengalami kenaikan 7,77 persen yoy, namun angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan Juli sebesar 8,59 persen.
“Perlambatan DPK dikontribusikan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, belanja modal korporasi, dan preferensi penempatan dana pada aset keuangan lain yang terindikasi dari nilai kepemilikan surat berharga negara (SBN),” ujar Perry.
Meskipun Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps) pada Agustus dan September 2022 menjadi 4,25 persen, namun belum berdampak signifikan terhadap kenaikan suku bunga simpanan perbankan.
Produk simpanan perbankan yang menawarkan bunga lebih rendah dari suku bunga acuan membuat masyarakat memilih instrumen investasi untuk memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi.
Tren peralihan dana simpanan nasabah ke SBN turut menjadi perhatian Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Meskipun jumlah investor dan nilai investasi SBN mengalami pertumbuhan namun Purbaya meyakini hal itu tidak akan mengganggu likuiditas perbankan.
Purbaya menjelaskan emisi SBN ritel yang dirilis oleh Pemerintah jauh lebih sedikit dibandingkan total DPK perbankan yang saat ini mencapai Rp 7.354,7 triliun.
LPS justru memprediksi dana yang beralih ke SBN akan kembali ke perbankan saat SBN dibelanjakan oleh Pemerintah dan masuk ke dalam sistem.
“Namun, kalau SBN itu dibelanjakan oleh pemerintah maka akan masuk ke sistem, perekonomian bergerak. Ketika perekonomian tumbuh, dana masyarakat akan kembali ke perbankan,” ujarnya pada Selasa (27/9).
Sementara itu Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih mengatakan tabungan dan SBN adalah dua produk keuangan yang memiliki fungsi berbeda.
Lana menjelaskan SBN digunakan oleh masyarakat sebagai instrumen investasi. Sedangkan tabungan digunakan untuk keperluan transaksi sehari-hari.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor SBN pada Agustus 2022 tumbuh 36,22 persen yoy dari 558.701 entitas menjadi 761.045 entitas.
Data tersebut terkonfirmasi dengan keterangan General Manager Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia yang mengatakan bahwa sejumlah nasabah mulai menjajaki instrumen investasi dengan memindahkan uang tabungan mereka ke dalam produk investasi untuk memperoleh return yang lebih tinggi.
Namun jumlah nasabah yang tetap mengandalkan DPK sebagai pilihan utama masih jauh lebih banyak. Henny menambahkan DPK tetap diperlukan oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan cash.