BeritaPerbankan – Hiperinflasi di negara-negara tujuan ekspor telah menyebabkan permintaan alas kaki berupa sepatu anjlok sampai 50%. Konsumen di negara tujuan ekspor lebih mengutamakan belanja energi dan makanan. Stok di sana menumpuk, akibatnya belum bisa terima barang baru.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengungkapkan, industri alas kaki (sepatu) di Tanah Air tengah terkena imbas krisis ekonomi global. “Kondisi global saat ini serba tak pasti. Kita belum tahu akan seberapa besar nanti terjadi efek resesi global ini. Yang pasti, laporan ke kami sudah ada penurunan order ekspor sampai 50%,” kata Firman.
“Kita bicara soal pemicu kondisi selama tahun 2022 ini. Sampai Lebaran 2022 ini kondisi masih bagus, ekspor masih tumbuh sampai 36%. Tapi kemudian hiperinflasi di negara tujuan ekspor bikin serba nggak pasti,” tambah dia.
Sebenarnya, imbuh dia, gelagat itu sudah kelihatan sejak bulan Juli 2022. “Tapi, karena di data ekspor kita masih kelihatan tumbuh, jadi nggak kelihatan kalau sebenarnya stok kita sudah menumpuk banyak. Penurunan ekspornya belum terpantau pemerintah karena di data BPS sampai Agustus 2022 saja kita maih tumbuh 36%,” kata Firman.
“Kami terus memantau sampai seberapa luas nanti efek resesi global ini. Kemungkinan, sampai semester I tahun 2023, order ekspor masih akan anjlok 50-an persen,” pungkas Firman.