BeritaPerbankan – Pasar kripto mengalami penguatan pada hari ini, Selasa (3/9/2024), bersamaan dengan transaksi Bitcoin yang mencapai US$57,3 juta atau sekitar Rp888,15 miliar.
Mengacu pada data dari CoinMarketCap pada Selasa (3/9/2024) pukul 05:39 WIB, pasar kripto menunjukkan tren penguatan. Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 3,2% ke level US$59.131,55, meskipun secara mingguan masih berada di zona merah dengan penurunan 6,25%.
Ethereum juga mengalami kenaikan 5,31% dalam 24 jam terakhir, namun melemah 5,49% dalam sepekan. Solana naik 2,53% secara harian, namun turun drastis 14,63% dalam sepekan. Dogecoin juga mencatat kenaikan 3,45% dalam 24 jam terakhir, namun mengalami penurunan sebesar 6,13% dalam tujuh hari terakhir.
CoinDesk Market Index (CMI), yang mengukur kinerja kapitalisasi pasar dari aset digital, naik 2,95% menjadi 2.192,49, sementara open interest meningkat 4,14% ke angka US$53,83 miliar. Menurut laporan dari crypto.news, pada 2 September 2024, terjadi transaksi signifikan ketika seorang investor membeli 1.000 BTC senilai US$57,3 juta.
Ini merupakan kali kedua dalam empat hari terakhir di mana 1.000 Bitcoin dibeli di Binance, sehingga total akumulasi investor ini mencapai 2.000 BTC. Saat ini, investor tersebut memiliki 8.559 BTC, dengan nilai sekitar US$490 juta.
Peningkatan kepemilikan Bitcoin ini bertepatan dengan penurunan harga Bitcoin hampir 8% dalam sepekan terakhir, saat pasar memasuki bulan September. Harga Bitcoin sempat mencapai US$61.000 pada 29 Agustus, sebelum turun mendekati US$57.000 pada 1 September. Secara historis, Bitcoin mengalami penurunan pada enam dari tujuh bulan September terakhir, dengan rata-rata kerugian sekitar 4,5%.
Di tengah potensi pelemahan selama bulan September ini, QCP memprediksi bahwa potensi pemotongan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dapat memicu lonjakan harga Bitcoin. Dengan dominasi Bitcoin yang meningkat, saldo bursa kripto yang menurun, dan fundamental pasar yang kuat, Bitcoin diposisikan untuk fase bullish potensial ke depan.
Sementara itu, pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) oleh The Fed bisa memberikan keuntungan jangka panjang dengan meningkatkan likuiditas, namun pemotongan yang lebih agresif sebesar 50 bps mungkin akan memicu lonjakan harga awal yang diikuti oleh koreksi seiring meningkatnya kekhawatiran akan resesi.