BeritaPerbankan – Menjelang akhir 2022, industri kripto kembali diguncang oleh masalah yang menimpa salah satu pertukaran kripto besar di dunia yaitu FTX. FTX mengalami guncangan dan krisis likuiditas yang disebabkan oleh perusahaan saudara mereka, yaitu Alameda Research.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan Kasus FTX memang berdampak besar bagi pasar kripto.
“Efek domino ke market akan sama seperti kasus sebelumnya yang dialami Celsius, Blockfi, Voyager ataupun Terra. Market akan terpukul keras. Investor akan sulit untuk kembali bergairah ke market kripto dan memilih untuk wait and see atau bahkan menarik dana mereka, karena faktor kepanikan,” ujar Afid. Afid menambahkan, ekosistem kripto kembali lagi sedang diuji. Namun, yang pasti belum tahu akhir dari kasus FTX ini.
Afid menuturkan, krisis neraca keuangan yang tengah dilanda Alameda Research membuat kekhawatiran investor. Diketahui neraca keuangannya banyak yang dicadangkan dalam bentuk token kripto, FTT Coin.
Melihat Binance menjual token FTT miliknya membuat kabar buruk di pasar. Pelaku pasar akhir menarik dananya dari FTX dan melepas token FTT.
“Reuters bahkan melaporkan FTX mengalami penarikan dana sebesar USD 6 miliar atau sekitar Rp 94,2 triliun dalam beberapa hari terakhir,” tutur Afid.
Rupanya, likuidasi secara besar-besaran ini membuat FTX mengalami kesulitan likuidasi dan masalah keuangan lainnya.
Dengan batalnya kesepakatan dengan Binance dan tidak ada investor baru, FTX diramal tak akan mampu untuk mengembalikan dana penggunanya yang terdapat di platform tersebut.
“Jadi, keruntuhan FTX ini murni karena kesulitan likuidasi karena terjadi penarikan atau withdrawal dana dari exchange. Diketahui banyak investor institusi di FTX,” pungkas Afid