BeritaPerbankan – PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) memutuskan untuk menutup 13 gerai pada tahun ini, meningkat dari rencana awal yang hanya 10 gerai. Selain itu, jumlah toko yang masuk dalam daftar pengawasan juga naik dari 13 menjadi 20 gerai.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Matahari melakukan penyesuaian portofolio gerainya secara selektif. Langkah ini mencakup pengembangan potensi gerai baru sekaligus pengurangan jumlah gerai yang berkinerja kurang optimal. Selain itu, renovasi beberapa gerai strategis sedang berlangsung, disertai peningkatan metrik kinerja sebagai panduannya.
Per 30 September 2024, Matahari mengoperasikan 147 gerai yang tersebar di beberapa wilayah: 28 di Sumatra, 84 di Jawa, 29 di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, serta 6 di lokasi lainnya. Jumlah ini berkurang dibandingkan akhir Desember 2023, ketika perusahaan masih memiliki 154 gerai. Dalam sembilan bulan terakhir, tujuh gerai telah ditutup. Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah gerai juga menurun dari 156 unit pada September 2023.
Meski demikian, jumlah gerai tahun ini lebih tinggi dibandingkan akhir 2022, ketika Matahari memiliki 148 gerai. Untuk mendukung keberadaan gerai fisik, perusahaan terus mengembangkan strategi omni-channel. Saat ini, lebih dari 75% vendor konsinyasi telah terintegrasi melalui portal pemasok Matahari, memperluas pilihan produk online.
Perusahaan juga memperluas jangkauan di marketplace dengan membuka toko resmi di berbagai platform e-commerce, serta memperbarui platform Shop & Talk untuk meningkatkan pengalaman belanja online.
CEO Matahari, Monish Mansukhani, menyatakan bahwa perusahaan terus beradaptasi dengan perubahan dalam lanskap pelanggan dan industri ritel. Ia juga mengakui tantangan yang dihadapi akibat pelemahan ekonomi makro, termasuk menurunnya daya beli masyarakat dan PMI yang berada di bawah 50, mencerminkan kontraksi ekonomi.
Hingga kuartal III 2024, penjualan perusahaan tidak mengalami peningkatan signifikan. “Berdasarkan tren penjualan saat ini dan rencana penutupan toko, kami memperkirakan EBITDA tahun ini mencapai Rp 1,2 triliun,” ujarnya.
Hingga September 2024, penjualan Matahari tercatat turun 1,4% secara tahunan menjadi Rp 9,48 triliun, dari Rp 9,61 triliun tahun sebelumnya. Pendapatan bersih juga turun 1,3% menjadi Rp 4,91 triliun dari Rp 4,98 triliun. Meski margin kotor tetap stabil di 34,6%, EBITDA turun 4,8% menjadi Rp 1,08 triliun dari Rp 1,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Manajemen mengungkapkan sejumlah inisiatif strategis untuk memperkuat daya tarik perusahaan, termasuk peningkatan produk, ekspansi merek, dan optimalisasi gerai. Salah satu upaya tersebut adalah pengembangan merek SUKO, dengan rencana menghadirkan merek eksklusif baru yang menyasar konsumen muda dan modern.
Menurut perusahaan, pendekatan berbasis riset pasar dan keterlibatan konsumen melalui media sosial, key opinion leaders (KOL), serta acara komunitas menjadi panduan utama dalam mengembangkan produk dan memosisikan merek secara efektif. “Strategi ini tidak hanya meningkatkan kesadaran konsumen tetapi juga menawarkan produk pilihan yang sesuai kebutuhan pelanggan,” tutup manajemen.