BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan tingkat bunga penjaminan (TBP) simpanan dalam valuta asing (valas) naik sebanyak 100 basis poin (bps) menjadi 1,75 persen.
Pengumuman TBP untuk periode sewaktu-waktu bulan Desember 2022 tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Komisioner, Purbaya Yudhi Sadewa dalam Rapat Dewan Gubernur (RDK) LPS yang digelar pada Selasa (6/12).
Purbaya menetapkan tingkat bunga penjaminan yang berlaku pada 9 Desember 2022 hingga 31 jnauri 2023 adalah 1,75 persen untuk simpanan valuta asing di bank umum, sedangkan untuk TBP simpanan rupiah di bank umum dan BPR tetap dipertahankan di level 3,75 persen dan 6,25 persen.
Purbaya menjelaskan penetapan tingkat bunga penjaminan simpanan didasarkan pada sejumlah pertimbangan yaitu antisipasi forward looking terhadap kondisi ekonomi dan pasar keuangan yang masih diselimuti ketidakpastian.
Kedua, penyesuaian tingkat bunga penjaminan akan memberikan ruang lebih fleksibel bagi perbankan dalam merespon dinamika likuditas global serta upaya LPS bersinergi dengan kebijakan pengelolaan devisa Hasil ekspor (DHE) untuk memperkuat likuiditas valas domestik.
Kebijakan LPS menaikkan suku bunga penjaminan simpanan valas ke level 1,75 persen disambut positif industri perbankan.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunartome menilai langkah LPS tersebut mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat dan rasa aman nasabah untuk menyimpan uang mereka di bank.
Aestika menambahkan keputusan LPS mengerek tingkat bunga penjaminan simpanan valas akan berdampak positif dalam kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan.
“Kenaikan bunga pinjaman oleh LPS tersebut merupakan respon yang tepat karena sejalan dengan kondisi market saat ini dimana The Fed telah menaikkan suku bunga dolar AR sebanyak 5 kali sepanjang tahun 2022. BRI menilai kebijakan ini akan berdampak positif bagi BRI dalam menghimpun DPK Valas dalam negeri,” ujar Aestika.
Aestika menuturkan kondisi likuiditas valas BRI masih longgar dan stabil. Dalam kegiatan penghimpunan DPK dana valas, perseroan telah melakukan penyesuaian suku bunga deposito secara selektif dengan mempertimbangkan kondisi pasar global.
“Hal ini tercermin dimana pertumbuhan DPK Valas BRI naik 24,5% secara year to date (YtD) per November 2022. BRI tetap menyalurkan kredit valas dimana pertumbuhan kredit valas BRI 4,76%,” tambahnya.
Bos LPS, Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi suku bunga deposito di perbankan akan menyentuh level 3,7 persen hingga akhir 2023 mendatang dengan asumsi kondisi likuiditas perbankan masih mencukupi seperti sekarang ini.
Purbaya menerangkan pergerakan suku bunga simpanan dan deposito sangat dipengaruhi oleh kondisi likuiditas perbankan. Bunga deposito akan melandai jika likuiditas mencukupi dan sebaliknya jika kondisi likuiditas ketat maka suku bunga deposito akan terkerek naik.
LPS mencatat pada Oktober 2022 likuiditas perbankan berada di level memadai dengan rasio alat likuid terhadap non core deposit (AL/NCD) 130,17 persen dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 29,46 persen.
“Saya enggak expect dia (suku bunga deposito) akan naik di atas 3,7 persen sampai akhir tahun depan, kalau likuiditas sistem perbankan seperti saat ini,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (7/12/2022).
Selain itu, pada November LPS mencatat suku bunga pasar simpanan rupiah naik secara terbatas 37 bps ke level 2,84 persen, sedangkan suku bunga pasar simpanan valas naik 93 bps menjadi 1,37 persen.
Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali (175 bps) sejak pertengahan tahun 2022, yang sekarang berada di level 5,25 persen, namun belum nampak adanya kenaikan suku bunga deposito yang agresif.
“Kalau kita lihat walaupun BI sudah naikkan suku bunga acuan cukup besar, bunga deposito rupiah naiknya juga masih landai. Ini utamanya karena supply uang di sistem masih cukup,” ucapnya.
Purbaya memprediksi kenaikan suku bunga deposito tidak akan seagresif kenaikan suku bunga acuan BI. Pergerakan suku bunga simpanan justru akan lebih terpengaruh oleh tingkat bunga penjaminan LPS, yang akan menaikan suku bunga penjaminan secara bertahap saat likuditas perbankan semakin ketat.
“Tapi kalau saya lihat sih naiknya ngggak akan terlalu tajam, bahkan cenderung landai,” kata Purbaya.
LPS memproyeksikan kenaikan suku bunga simpanan valas akan lebih cepat dibandingkan suku bunga simpanan rupiah karena simpanan valas akan sangat terpengaruh oleh kondisi pasar global.
Sementara itu pasokan likuditas simpanan rupiah sangat tergantung dengan kondisi pasar domestik sehingga suku bunga simpanan rupiah lebih mudah dikendalikan bank sentral.