BeritaPerbankan – Perbankan nasional diminta untuk waspada terhadap potensi kredit bermasalah di tengah gejolak ekonomi global yang berpotensi menimbulkan resesi dan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan perbankan khususnya kredit macet.
Pengamat perbankan, Paul Sutaryono meminta bank-bank nasional meningkatkan jumlah cadangan likuiditas dan penambahan modal untuk mengantisipasi skenario terburuk terjadinya kredit bermasalah. Seperti diketahui kata Paul sejumlah negara sekarang ini sedang berada di jurang resesi.
Selain potensi risiko kredit bermasalah, risiko lain yang perlu diperhatikan oleh perbankan adalah risiko pasar keuangan, likuiditas perbankan dan risiko operasional.
Untuk mengantisipasi kredit macet, yang berpotensi meningkat di tahun depan, perbankan diminta untuk meningkatkan manajemen risiko dan melakukan efisiensi untuk memenangkan persaingan industri perbankan di tengah tantangan ekonomi yang di hadapi di tahun 2023.
Paul meminta perbankan tidak menaikkan suku bunga kredit terlalu tinggi untuk menjaga momentum tren pertumbuhan kredit di tengah menurunnya daya beli masyarakat akibat isu resesi global. Penyaluran kredit yang tidak terganggu mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan program pemulihan ekonomi nasional.
“Lebih baik bank mengerem kenaikan suku bunga kredit yang terlalu tinggi, supaya penyaluran kredit tidak terlalu tertekan. Selain itu, karena daya beli masyarakat menengah ke bawah bakal lebih tergerus potensi resesi,” ujarnya.
Meski demikian sejumlah bank nasional nampaknya sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga kredit sebagai respon atas kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang tercatat sudah naik sebanyak 125 bps dalam tiga bulan terakhir ini.
Suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini berada di level 4,75 persen setelah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan kenaikan suku bunga acuan bank sentral pada bulan Agustus, September dan Oktober lalu.
Selanjutnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk pertama kalinya sepanjang pandemi covid-19 menaikkan suku bunga penjaminan untuk simpanan rupiah di bank umum sebanyak 25 bps menjadi 3,75 persen, simpanan rupiah di BPR naik 25 bps ke level 6,25 persen dan simpanan valas naik 50 bps menjadi 0,75 persen.
LPS berharap kebijakan tersebut mampu memberi ruang bagi perbankan untuk merespon secara positif kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kondisi likuiditas perbankan tercatat masih relatif longgar dengan kinerja fungsi intermediasi yang baik.
LPS memproyeksikan tren kenaikan suku bunga simpanan dan kredit masih akan terus berlangsung secara bertahap. Pertumbuhan suku bunga simpanan valas diprediksi akan meningkat lebih cepat dibandingkan simpanan rupiah.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa optimis Indonesia tidak akan mengalami krisis ekonomi dan resesi di tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi RI diprediksi mampu mencapai 5 persen yang didorong oleh penguatan program pemulihan ekonomi nasional.
Hal serupa juga dikatakan Asian Development Bank (ADB) yang memasukkan Indonesia dalam daftar negara yang tidak akan mengalami resesi meskipun kondisi ekonomi global masih suram. Secara umum negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak akan terlalu terdampak oleh resesi global seperti Indonesia, Filipina, Malaysia dan Thailand.