BeritaPerbankan – Investor sering menambahkan uang tunai ke strategi portofolionya selama masa ketidakpastian keuangan. Namun, melakukannya secara berlebihan dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.
Sebagai konsumen dan investor, uang tunai tampak seperti investasi yang aman. Secara nominal, hal itu adalah benar. Memegang uang tunai tidak akan tiba-tiba membuat nilai aset Anda anjlok. Tetapi terlalu mengandalkan uang tunai dapat mengurangi kemampuan Anda untuk memenuhi tujuan jangka panjang Anda.
Simak tujuh pro dan kontra memegang uang tunai selama resesi berikut ini :
- Likuiditas vs Godaan
Pro: Uang tunai berarti likuiditas. Dengan uang tunai yang solid di kantong Anda, lebih mudah untuk menavigasi ketidakpastian dengan lebih percaya diri dan mengetahui bahwa Anda siap secara finansial.
Kontra: Uang tunai menyebabkan godaan. Ketika resesi datang dan waktu semakin ketat, Anda akan tergoda untuk memanfaatkan saldo kas Anda sekedar untuk merasakan kelegaan.
- Suku bunga vs Inflasi
Pro: Suku bunga naik. Kita hidup di masa ekonomi yang unik. Pasalnya, ‘hantu’ resesi bisa sering datang dengan inflasi yang lebih rendah atau bahkan deflasi. Dengan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk tabungan dan rekening Anda pasar uang, ini menjadi kabar baik bagi ‘si rajin menabung’.
Kontra: Inflasi tidak turun. Di sisi lain, dunia masih berjuang dengan inflasi yang tinggi dan inflasi memakan uang tunai Anda. Bahkan jika rekening tabungan Anda bunganya naik 2%, 3%, atau bahkan 4%, tetap saja uang Anda menguap. Artinya, memegang uang tunai selama resesi sama saja dengan kehilangan daya beli.
- Minim Risiko vs Batasan Jaminan
Pro: Uang tunai memiliki risiko rendah. Tidak seperti saham, crypto, dan instrumen investasi lainnya, sebagian besar akun berbasis uang tunai menawarkan asuransi untuk melindungi uang tunai Anda. Di Indonesia, tabungan Anda dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Kontra: Batas Jaminan. Semakin lama Anda menimbun uang tunai di rekening bank, semakin besar kemungkinan Anda pada akhirnya akan menabrak batas jaminan simpanan. Jika Anda menyimpan lebih dari batas dan institusi mengalami kerugian, Anda mungkin kehabisan sisa saldo Anda. Jumlah tabungan ataupun simpanan yang dijamin LPS adalah Rp 2 miliar untuk setiap nasabah pada satu bank, serta memiliki suku bunga tidak melebihi tingkat bunga penjaminan LPS. Artinya, simpanan Anda tetap berisiko.
- Uang Tunai Ekstra vs Ekstra Sabar
Pro: Uang ekstra berarti lebih banyak uang untuk aset dengan harga rendah. Semakin banyak uang tunai yang Anda pegang, semakin banyak likuiditas yang Anda miliki untuk mengambil peluang besar.
Kontra: Ekstra sabar. Menunggu peluang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Mustahil untuk benar-benar mengenali peluang bagus sampai badai resesi itu berlalu.
Dengan uang tunai, Anda akan kesulitan untuk bertindak gegabah dan terlalu dini. Ujung-ujungnya, Anda tidak akan bertindak sama sekali. Hasilnya, Anda hanya memiliki portofolio penuh uang tunai dan tidak ada keuntungan besar yang bisa ditunjukkan.
- Diversifikasi vs Uang Nganggur
Pro: Uang tunai tidak harus berarti tunai. Di dalam dunia investasi, uang tunai tidak harus berupa uang tunai. Sebaliknya, uang tunai dapat berupa investasi apa pun yang relatif aman dan dapat Anda cairkan dengan cepat. Itu berarti rekening pasar uang dan reksa dana, sertifikat deposito (CD), surat utang negara dan investasi jangka pendek lainnya yang berbunga masih dihitung likuid.
Kontra: Peluang uang tunai di tempat lain. Membiarkan uang tunai menganggur kapan saja – baik di masa resesi atau tidak – berarti kehilangan potensi pengembalian di investasi lainnya. Itu adalah trade-off yang harus diterima investor dan deposan. Pertempuran antara return yang lebih tinggi dan keamanan finansial adalah hal normal.