BeritaPerbankan – Pada Kamis dini hari tadi bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya sesuai ekspektasi pasar yaitu sebesar 75 basis poin menjadi 1,5 persen-1,75 persen.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga paling agresif dalam hampir 30 tahun. Suku bunga The Fed naik 0,75 poin persentase di tengah perjuangan mengatasi lonjakan inflasi.
Kendati demikian, lanjut Ariston, Gubernur The Fed Jerome Powell juga membuka kemungkinan menaikkan kembali suku bunga sebesar 75 bps pada Juli mendatang.
“Ini artinya The Fed berani mengambil langkah yang lebih agresif dari sebelumnya untuk memerangi inflasi. Sikap the Fed ini bisa mendorong penguatan dolar AS lagi terhadap nilai tukar lainnya ke depan,” ujar Ariston.
Pengamat ekonomi sekaligus Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menjelaskan bahwa suku bunga Fed Fund Rate berada di kisaran 1,5 – 1,75 persen pada rapat FOMC bulan Juni ini. Kenaikan suku FFR tersebut mempertimbangkan kondisi di pasar tenaga kerja AS yang masih ketat serta inflasi AS yang juga masih cenderung tinggi.
Beberapa dampak positif kenaikan suku bunga acuan The Fed:
- Kurs rupiahpagi ini bergerak menguat 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.738 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.745 per dolar AS.
- Penguatan bursa saham Asia terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin, kenaikan paling agresif sejak 1994. Indeks Jepang Nikkei 225 menguat hampir dua persen setelah pasar dibuka. Sahamprodusen mobil dan teknologi menghijau. Saham Sony naik hampir 2,4 persen, saham Softbank menguat 1,45 persen, dan saham Toyota melonjak hampir 4 persen. Di Australia, indeks ASX 200 menanjak sekitar 0,6 persen. Saham Rio Tinto, Fortescue Group dan BHP menguat hampir dua persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 1,61 persen.
- beberapa aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar bergerak di zona hijau dalam 24 jam terakhir