Beritaperbankan – Bank Digital semakin populer seiring dengan dampak Pandemi Covid-19 yang membuat semua orang, mau tidak mau harus melek teknologi. Maka aksi merger dan akuisisi sektor perbankan yang mewarnai tahun 2021 diproyeksi berlanjut tahun depan.
Dampaknya walaupun bank digital masih mencatatkan kerugian, namun harga sahamnya terus melesat sejak awal tahun ini. Para investor melihat besarnya potensi pertumbuhan bisnis sehingga harga saham sejumlah bank digital terus naik sejak awal tahun 2021. Harga emiten-emiten bank digital telah jauh melampaui nilai bukunya atau price to book value ratio (PBVR).
Pengamat ekonomi, Kiryanto mengatakan, pada intinya perkembangan bank digital hingga ramainya merger dan akuisisi merupakan hal yang alami karena digerakkan permintaan dan penawaran. Di satu sisi, perbankan ingin mereposisi bisnis untuk menyambut bisnis era pasca pandemi. Sementara di sisi lain masyarakat memiliki simpanan yang ingin diinvestasikan.
“Merger dan akuisisi Bank akan terus berlanjut. Ini semua karena bank sifatnya market driven atau selera pasar yang mendikte,” ujar Kiryanto dalam live IDX Channel di Jakarta (29/12/2021).
Sambung dia menerangkan, para pemilik bank sadar kini sudah tidak bisa sekedar bertahan dengan modal inti Rp1,5 triliun hingga Rp2 Triliun saja. Karena tren batas modal perbankan akan naik terus, bahkan hingga Rp 10 Triliun nantinya. “Mau tidak mau bank harus cari modal sendiri, cari investor baru atau berkolaborasi,” jelasnya.
Kemudian dia juga melihat motivasi para investor injeksi modal ke bank kedepannya tentu demi memperoleh keuntungan dari leveraging yang bisa dilakukan bank digital.
“Ekspektasinya nanti di masa depan akan terjadi bank full digital. Saat ini mungkin masih terdapat semi digital, tapi nanti generasi post milenial diperkirakan akan memiliki selera serba digital,” katanya.
Di Indonesia, layanan keuangan secara daring atau non fisik kian digemari. Hal ini terlihat dari terus tumbuhnya transaksi secara digital di banyak perbankan. Di sisi lain, transaksi perbankan secara fisik tercatat terus mengalami penyusutan. Pengurangan jumlah kantor cabang bank pun tidak terelakkan.