BeritaPerbankan – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, inflasi inti atau core inflation Indonesia pada November 2022 mencapai 3,3% (year on year/yoy), realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti pada Oktober 2022 yang mencapai 3,31% (yoy).
Itulah mengapa beberapa harga kebutuhan primer hingga sekunder masyarakat di Indonesia semakin meningkat.
Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti: interaksi permintaan-penawaran.
“Andil utama core inflation secara bulanan yakni emas perhiasan dengan andil 0,01%,” jelas Setianto. Inflasi inti itu disumbang dari harga sewa rumah dengan andil inflasi 0,09%, mobil 0,08%, kontrak rumah 0,07%, sabun detergen bubuk dan cair 0,07%. Selain itu, penyumbang inflasi inti juga berasal dari uang kuliah tingkat akademi dan perguruan tinggi sebesar 0,06%, nasi dan lauk pauknya 0,06%, serta asisten rumah tangga 0,05%.
Secara keseluruhan, inflasi umum di Indonesia pada November mencapai 5,42% (yoy), turun dibandingkan dengan posisi inflasi pada Oktober yang mencapai 5,71% (yoy).
Selain itu, inflasi yang berdasarkan diatur pemerintah pada November 2022 mencapai 13,01% (yoy) turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 13,28%, serta inflasi harga bergejolak yang mencapai 5,7% (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,2%.
“Berdasarkan komponen, andil inflasi inti ke inflasi nasional 2,17%, harga diatur pemerintah 2,3%, harga bergejolak 0,95%,” jelas Setianto.