BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan jumlah simpanan dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk valuta asing (valas) pada Maret 2024 tumbuh sebesar 0,64%. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan data pada bulan-bulan sebelumnya.
LPS mencatat pada Januari 2024, DPK valas tercatat tumbuh sebesar 2,86%. Lalu pada bulan Februari meningkat tipis menjadi 2,88%. Sementara itu, pada Maret 2024, pertumbuhan DPK valas tercatat hanya mencapai 0,64%.
Merespon hal itu, Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa pertumbuhan tabungan DPK valas memang relatif melambat, namun dengan kenaikan pada bulan Maret 0,64%, jumlah DPK valas mencapai Rp85,28 triliun. Ini merupakan pencapaian level tertinggi sepanjang 20 tahun terakhir ini.
Purbaya mengatakan bahwa simpanan DPK valas masih didominasi oleh simpanan di atas Rp5 miliar. LPS mencatat nasabah korporat besar berkontribusi paling tinggi sekitar 84,4% atau setara dengan US$ 71,97 miliar.
Sejumlah perbankan melaporkan adanya kenaikan simpanan DPK valas. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat pertumbuhan DPK valas secara tahunan hingga akhir April 2024 tumbuh sekitar 28,72% yoy. Komposisi DPK valas BRI didominasi oleh giro valas. Proporsi DPK valas BRI mencapai sekitar 16,7% dari total DPK BRI.
“BRI berupaya meningkatkan DPK valas dari nasabah eksportir sesuai dengan ketentuan DHE dari Bank Indonesia. Selain itu, BRI juga melayani nasabah importir yang membutuhkan DPK valas besar untuk operasionalnya, sehingga pengelolaannya harus optimal,” kata Agustya Hendy Bernadi, Corporate Secretary BRI.
Hendy menambahkan DPK valas BRI diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan positif, dengan fokus utama pada peningkatan DPK yang berasal dari dana murah seperti giro dan tabungan (CASA).
Kepala Divisi Retail Funding PT Bank Tabungan Negara (BTN), Frengky Rosadrian, mengungkapkan bahwa hingga April 2024, DPK ritel valas di BTN menunjukkan tren peningkatan baik dalam jumlah rekening maupun nominal simpanan.
“Simpanan valas mengalami peningkatan lebih dari Rp 300 miliar, naik 70% YoY, dengan dominasi pada produk deposito valas,” ujar Frengky.
Frengky Rosadrian menyampaikan bahwa meskipun portofolio simpanan valas saat ini masih relatif kecil dibandingkan total DPK BTN, bank akan terus berusaha menawarkan produk dan layanan valas yang optimal untuk nasabahnya. Hal ini bertujuan memperkuat posisi BTN sebagai bank devisa di Indonesia.
Salah satu strategi yang diadopsi BTN adalah mengakuisisi valas digital dan meningkatkan transaksi valas baik melalui outlet maupun platform digital seperti BTN Mobile.
Di sisi lain, Hera F. Haryn, Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, menegaskan bahwa likuiditas DPK valas BCA terjaga dengan baik, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing, kondisi perekonomian domestik dan global, serta pergerakan nilai tukar rupiah.
“Mencapai Rp66,6 triliun atau sekitar 6% dari total DPK perseroan, nilai DPK valas BCA per Maret 2024 menunjukkan stabilitas yang konsisten,” kata Hera.
BCA mencatat peningkatan total DPK sebesar 7,9% menjadi Rp1.121 triliun pada Maret 2024. Pertumbuhan ini sejalan dengan lonjakan volume transaksi BCA sebesar 20,8% YoY menjadi 8,3 miliar pada kuartal I 2024.
“Komitmen BCA adalah memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan preferensi nasabah dalam berbagai mata uang,” ujar BCA.
Hera menambahkan bahwa BCA juga berupaya menjaga keseimbangan antara likuiditas yang cukup dengan pertumbuhan kredit yang sehat, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan risiko yang ada.