BeritaPerbankan – Berdasarkan Laporan Distribusi Simpanan Bank Umum yang dirilis oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), simpanan nasabah di bank atau dana pihak ketiga (DPK) yang berasal dari nasabah korporasi mengalami pertumbuhan signifikan. Penghimpunan DPK pada bulan tersebut tercatat sebesar Rp8.427,8 triliun, meningkat 8,5% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan April 2024 yang mencapai 8,1% yoy.
Pertumbuhan jumlah simpanan nasabah bank umum ini terutama didorong oleh pertumbuhan DPK korporasi sebesar 20,2% yoy, yang jauh lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 15,3%.
Lana Soelistianingsih, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama yang mendorong pesatnya simpanan nasabah korporasi adalah peningkatan pendapatan perusahaan yang signifikan pada periode tersebut.
“Perusahaan-perusahaan banyak memperoleh hasil dari produksinya, terutama dari momen lebaran,” ujarnya setelah rapat kerja LPS dengan Komisi XI DPR RI pada Selasa (25/6/2024).
Pendapatan yang diperoleh korporasi kemudian ditempatkan dalam bentuk DPK di perbankan. Lana juga menyatakan bahwa tidak ada tren atau kecenderungan korporasi untuk menghentikan ekspansi akibat peningkatan simpanan ini.
“Saya melihat ini hanya sebagai siklus. Biasanya, menjelang lebaran, simpanan tinggi, kemudian ada sedikit perlambatan, dan kembali meningkat menjelang akhir tahun,” kata Lana.
Berbeda dengan DPK nasabah korporasi yang meningkat tajam, simpanan nasabah perorangan yang didukung oleh tabungan justru mengalami perlambatan. DPK perorangan hanya tumbuh 1,9% yoy per Mei 2024, melambat dibandingkan April 2024 yang tumbuh 2,2%. Namun, Lana menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda adanya tren penurunan tabungan perorangan.
“Kami belum melihat adanya tren penurunan tabungan, karena secara keseluruhan tren masih naik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5%, seharusnya tabungan juga tumbuh. Jika tidak, berarti ada sesuatu yang salah,” tambahnya.
Trioksa Siahaan, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), memberikan pandangan bahwa peningkatan simpanan korporasi menandakan bahwa perusahaan sedang menahan ekspansi.
“Akibat dari kondisi tersebut, beban bunga yang harus dibayar bank bisa menjadi beban, terutama dengan adanya perlambatan kredit korporasi,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa tren perlambatan kinerja kredit kemungkinan akan terus berlanjut hingga akhir tahun akibat kondisi geopolitik, suku bunga tinggi, dan kondisi ekonomi serta daya beli yang belum sepenuhnya pulih.
“Perbankan juga harus menjaga likuiditas agar tetap baik,” tambahnya.
Sejalan dengan pendapat Trioksa, Abdul Manap Pulungan, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef, juga melihat bahwa kredit di segmen korporasi belum tumbuh maksimal karena tingginya giro korporasi di perbankan.
“Giro ini menjadi dana titipan korporasi ketika mereka ingin melakukan bisnis. Giro masih tinggi di atas total pertumbuhan DPK, artinya belum ada ekspansi signifikan di sektor korporasi,” ujarnya.
Pada Mei 2024, pertumbuhan giro korporasi mencapai 18,9%, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 15,8%, sementara total DPK hanya tumbuh 8,5% per Mei 2024. Ini menunjukkan bahwa banyak dana korporasi yang masih menumpuk di perbankan.
Perbankan dan otoritas keuangan didorong untuk terus memantau dan menyesuaikan strategi agar likuiditas tetap terjaga dan dapat mendukung pertumbuhan kredit yang lebih sehat di masa mendatang. Sementara itu, perusahaan juga perlu merencanakan strategi ekspansi yang lebih efektif agar dana yang tersimpan dapat digunakan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara keseluruhan, meskipun pertumbuhan simpanan korporasi menunjukkan adanya likuiditas yang cukup di perbankan, perlambatan kredit korporasi perlu mendapat perhatian khusus agar tidak menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan simpanan dan kredit, baik dari sisi korporasi maupun perorangan, pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Masyarakat juga diharapkan dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan memanfaatkan peluang investasi yang ada untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.