BeritaPerbankan – Semua aset keuangan mengalami pelemahan. Indeks saham S&P 500 anjlok nyaris 24%. Bitcoin sampai drop hampir 60% sepanjang tahun dan aset paling minim risiko yaitu emas melemah nyaris 11% di saat yang sama.
Koreksi tajam harga aset-aset tersebut dapat mengindikasikan bahwa investor melakukan aksi jual yang masif dan kabur mencari perlindungan. Lantas ke manakah investor mengalokasikan aset investasinya?
Mengacu pada poling yang dihimpun oleh Reuters, kebanyakan investor masih menempatkan dananya di saham dengan porsi 51,47% per Juni 2022. Angka tersebut meningkat dari posisi Januari 2022 yang hanya 50,10%.
Sementara itu, di tengah risiko inflasi dan suku bunga tinggi, investor melepas kepemilikan obligasi tercermin dari porsi alokasi yang hanya 36,5% pada Juni 2022. Padahal di awal tahun porsi alokasinya mencapai 39,3% dari total dana kelolaan.
Aset | Jan-22 | Jun-22 |
Saham | 50.10% | 51.47% |
Obligasi | 39.32% | 36.47% |
Alternatif (Komoditas) | 5.73% | 5.87% |
Cash | 3.58% | 5.16% |
Property | 1.27% | 1.03% |
Total | 100.00% | 100.00% |
Menariknya, di tengah tren koreksi harga aset global, investor justru lebih banyak memegang kas alias uang tunai. Porsi kas di bulan Juni 2022 mencapai 5% padahal di awal tahun hanya 3,6%. Kenaikan porsi kas menunjukkan bahwa investor cenderung bermain aman atau lebih defensif.
Namun kas yang dipegang juga bukan sembarang kas. Tentu uang yang dipilih oleh investor adalah mata uang dolar AS. Asal tahu saja, indeks dolar AS sudah menguat nyaris 20% sepanjang tahun ini.