BeritaPerbankan – Dana darurat atau emergency fund adalah komponen penting dalam alokasi keuangan karena memiliki manfaat luar biasa untuk menjaga stabilitas keuangan seseorang atau rumah tangga dalam skala kecil maupun lingkup yang lebih luas seperti korporasi dan negara.
Sesuai dengan namanya, dana darurat adalah dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan mendesak seperti sakit yang membutuhkan obat dan perawatan di luar tanggungan asuransi, kecelakaan, bencana alam, terkena PHK dan pandemi seperti sekarang ini.
Dana darurat dapat menutup sementara kebutuhan yang datang mendadak sehingga kita tidak perlu meminjam uang atau menjual aset yang seringkali tidak mudah cair seperti tanah, rumah, bangunan, sementara dana darurat yang disimpan di bank kapanpun diperlukan bisa kita cairkan.
Berapa banyak dana darurat yang harus dimiliki? Bagaimana cara mengumpulkannya?
Idealnya seseorang yang masih sendiri alias single disarankan untuk memiliki dana darurat minimal 3-6 kali pengeluaran setiap bulan. Sementara bagi yang sudah menikah dan punya anak maka dana darurat idealnya terkumpul minimal 12 kali pengeluaran setiap bulan.
Secara general disarankan untuk mulai menyisihkan sebanyak 5 persen dari pendapatan bulanan untuk menyiapkan dana darurat. Para pakar keuangan menyarankan untuk memisahkan rekening dana darurat dengan rekening tabungan lainnya.
Prinsip yang harus dipegang teguh adalah jangan menggunakan dana darurat untuk hal-hal yang tidak mendesak. Perlu kedisiplinan yang tinggi agar dana darurat bisa terkumpul.
Pentingnya dana darurat juga disorot oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kepala Eksekutif LPS Lana Soelistianingsih meminta masyarakat memiliki dana darurat dan tabungan.
Lana mengatakan cara terbaik untuk menabung dana darurat adalah dengan menyisihkan sejumlah uang saat menerima gaji atau imbal hasil investasi, sebelum uang digunakan untuk konsumsi.
Terlebih investasi selalu memiliki risiko, sehingga saat seorang investor mendapatkan return dari investasi maka sebaiknya segera simpanan sebagian uangnya di bank dan sisanya bisa digunakan untuk konsumsi dan investasi.
“Kita harus hati-hati dari sisi profil risiko investasi. Ketika sudah mendapatkan nilai untuk resepsi itu, maka harus disiplin. Harus keluar dari investasi itu dan taruh di bank. Karena tabungan di Bank dijamin oleh lembaga simpanan,” ujarnya.
“Intinya, dalam berinvestasi harus ada diversifikasi, disiplin terhadap waktu dan dimonitor. Kadang monitoring sering lepas karena sibuk. Satu lagi, sisihkan, jadi kita sisihkan dulu return berapa. Jangan kita pakai untuk konsumsi,” jelasnya.
Dimana tempat menyimpan dana darurat terbaik?
Perbankan merupakan tempat paling aman menyimpan uang. Berikut ini beberapa instrumen yang bisa anda gunakan untuk menyimpan dana darurat:
- Tabungan. Pisahkan rekening tabungan dana darurat dengan rekening tabungan untuk kebutuhan sehari-hari.
- Deposito. Jenis simpanan deposito paling banyak digunakan masyarakat menyimpan uang yang diperuntukkan investasi maupun dana darurat karena suku bunga tang ditawarkan lebih tinggi dari tabungan biasa.
- Reksadana Pasar Uang. Instrumen investasi reksadana psar uang berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih besar karena karakteristik reksadana yang tidak fluktuatif dan mudah dicairkan.
- Emas. Masayrakat sudah sangat familiar dengan investasi emas. Memiliki karakteristik tahan inflasi dan mudah dijual saat dibutuhkan menjadi alasan sejumlah orang memilih menyimpan dana darurat mereka pada instrumen emas batang atau logam mulia.
Bagi anda yang gemar menyimpan dana darurat di bank, tidak perlu khawatir karena simpanan nasabah perbankan dijamin LPS hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank dengan memenuhi syarat 3T yaitu tercatat di pembukuan bank, tidak menerima bunga simpanan melebihi tingkat bunga penjaminan dan tidak menyebabkan bank gagal seperti kasus kredit macet.