Berita Perbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat simpanan nasabah tajir di bank masih mendominasi jumlah nominal simpanan nasabah di bank umum pada April 2023.
Meski begitu, data LPS menunjukkan adanya penurunan jumlah simpanan nasabah tiering simpanan di atas Rp 5 miliar tersebut. Berdasarkan data yang dirilis LPS, penurunan tabungan nasabah kaya terjadi sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) hingga bulan Maret 2023 dengan penurunan sebesar 3,2 persen ytd.
Perubahan nominal tabungan nasabah kaya di bank merupakan isu penting yang harus dicermati. Tabungan nasabah tajir memiliki peran dalam industri perbankan. Dana nasabah di atas Rp 5 miliar itu masih menguasai jumlah simpanan di perbankan sehingga dinamika nominal simpanan jumbo itu akan berpengaruh pada stabilitas serta pertumbuhan keuangan perbankan.
Namun penurunan jumlah simpanan nasabah kaya tak selalu mengindikasikan hal buruk. Perubahan tersebut dapat dimaknai sebagai sinyal perubahan tren ekonomi dan preferensi nasabah. Simpanan orang kaya yang didominasi oleh para pemilik usaha dan korporasi dinilai wajar jika ada penurunan jumlah simpanan karena dana yang ditarik dari bank akan masuk dalam sistem perputaran ekonomi dengan kata lain uang terebut digunakan untuk modal mengembangkan bisnis.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menjelaskan, nominal dana pihak ketiga (DPK) di bank umum mengalami penurunan 1,8 persen ytd menjadi Rp 8.057 triliun.
Data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan bahwa tiering simpanan di atas Rp 5 miliar mengalami penurunan 3,2% year to date (ytd) hingga Maret 2023. Sementara itu, terjadi penurunan pada tiering simpanan di bawah Rp100 juta sebesar 0,7% ytd, dan penurunan 0,6% ytd pada tiering simpanan di atas Rp100 juta hingga Rp200 juta.
Mirza menuturkan penurunan tersebut masih dalam batas wajar mengingat pertumbuhan kredit pada kuartal I/2023 juga tercatat melambat.
Hal serupa disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menilai penurunan nominal simpanan nasabah kaya masih relatif normal sebab pertumbuhan jumlah DPK bergantung pada pertumbuhan kredit perbankan.
“Penurunan dari DPK ini masih hal yang normal,” kata Mirza.
Lebih lanjut, Mirza menjelaskan dinamika pertumbuhan nominal simpanan nasabah kaya, yang didominasi oleh para pengusaha itu, erat kaitannya dengan tren pertumbuhan kredit. Saat nasabah menarik kredit baru maka dana tersebut akan lebih dulu terparkir di rekening bank sehingga pertumbuhan DPK turut terkatrol.
Sebaliknya jika pertumbuhan kredit melambat maka penghimpunan DPK cenderung menurun. LPS menilai fenomena tersebut wajar terjadi pada kuartal I setiap tahunnya.
“Pola kuartalan di Indonesia memang kuartal I itu selalu lebih slow. Kalau aktivitas ekonomi lebih slow, akan permintaan kredit lebih slow,” jelasnya.
Pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan kredit cenderung melambat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga dialami secara global. Perlambatan ekonomi menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini.
Perlambatan ekonomi global juga berdampak pada pertumbuhan kredit di berbagai negara. Ketidakpastian ekonomi dapat membuat nasabah kaya lebih berhati-hati dalam melakukan investasi dan memilih instrumen keuangan yang lebih aman.
“Aktivitas ekonomi baru awal tahun orang belum belanja produksi, (daya beli) orang masih lemah ditambah (harga komoditas) yang turun,” ungkap Mirza.
Penurunan jumlah simpanan nasabah jumbo juga dapat dilihat sebagai upaya adaptasi dan inovasi dalam strategi pengelolaan keuangan. Nasabah mungkin menarik sejumlah uang di bank untuk diinvestasikan dan meningkatkan modal pengembangan usaha di tengah tren positif pemulihan ekonomi nasional.
Dengan demikian penurunan nominal simpanan jumbo di perbankan masih relatif normal dan kondisi industri perbankan dinilai masih solid dengan likuiditas yang masih longgar.
Industri perbankan diharapkan mampu berinovasi dalam strategi pengembangan fungsi intermediasi. Tren pemulihan ekonomi nasional dapat menjadi momentum perbankan memberikan kredit usaha kepada nasabah, namun tetap mengendepankan profiling yang ketat untuk mencegah terjadinya kredit macet.