BeritaPerbankan – Produsen emas milik BUMN, PT Antam Tbk. (ANTM), memaparkan beberapa komoditas yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja keuangannya. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Antam Tbk., Arianto Sabtonugroho, mengungkapkan bahwa ada tiga komoditas utama, yaitu emas, nikel, dan bauksit.
Arianto juga menyebutkan bahwa kinerja perusahaan pada pertengahan tahun ini lebih baik dibandingkan kuartal pertama, meskipun di awal tahun perusahaan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan ini tidak hanya terkait dengan komoditas emas, tetapi juga nikel karena adanya hambatan dalam produksi. Namun, pada kuartal kedua kami berhasil mengejar ketertinggalan. Perbaikan dalam produksi nikel turut mendukung kinerja positif pada semester pertama tahun ini.
Saat ini, emas masih menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan, mencapai 70%. Tahun ini, kontribusi tersebut lebih tinggi karena perusahaan baru mulai produksi dan menjual nikel pada kuartal kedua. Peningkatan pendapatan didorong oleh penjualan emas yang mengalami pertumbuhan, didukung oleh peningkatan permintaan dan harga emas yang tinggi. “Pada paruh pertama tahun ini, kami mencapai produksi sebesar 15,9 ton emas, dan harga emas sangat membantu peningkatan pendapatan kami,” ungkapnya.
Dari segi gross margin, segmen emas mencatat rata-rata 6-8%, sedangkan margin penambangan nikel berada di atas 30%. Sebelumnya, PT Antam mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,08 triliun pada 2023. Hal ini dicapai melalui pengendalian biaya, serta optimalisasi kinerja produksi dan penjualan komoditas utama, seperti nikel, emas, dan bauksit.
Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie, menyatakan bahwa optimalisasi tingkat produksi dan penjualan komoditas utama mendukung pencapaian EBITDA sebesar Rp 6,55 triliun pada 2023. “Antam berhasil menjaga profitabilitas dengan laba kotor sebesar Rp 6,31 triliun dan laba usaha sebesar Rp 2,62 triliun pada 2023,” jelas Syarif. Dengan laba bersih Rp 3,08 triliun, laba bersih per saham ANTM mencapai Rp 128,07.
Antam juga mengklaim telah memperkuat struktur keuangannya, tercermin dari nilai ekuitas konsolidasian sebesar Rp 31,17 triliun, tumbuh 31% dibandingkan nilai ekuitas pada 2022 yang mencapai Rp 23,71 triliun.
Pada 2023, Antam berhasil menurunkan tingkat pinjaman berbunga sebesar Rp 2,5 triliun atau turun 17% dibandingkan tahun sebelumnya. “Penurunan tingkat pinjaman berbunga didukung oleh strategi optimalisasi idle-cash dan pengurangan bunga pinjaman,” kata Syarif.
Sepanjang 2023, total aset Antam mencapai Rp 42,85 triliun, tumbuh 27% dari Rp 33,64 triliun pada 2022. Arus kas bersih dari aktivitas operasi mencapai Rp 4,36 triliun, memperkuat keuangan perusahaan. Antam juga mencatat saldo kas dan setara kas sebesar Rp 9,21 triliun pada akhir 2023, meningkat 106% dari Rp 4,48 triliun pada 2022.
Pada 2023, nilai penjualan bersih Antam mencapai Rp 41,05 triliun, dengan 86% di antaranya berasal dari penjualan domestik. “Strategi perusahaan adalah memperkuat basis pelanggan dalam negeri untuk produk emas, bijih nikel, dan bijih bauksit,” tegas Syarif. Emas tetap menjadi kontributor terbesar penjualan perusahaan pada 2023, dengan kontribusi sekitar 64% atau senilai Rp 26,12 triliun, dengan total produksi emas mencapai 26,13 ton.