BeritaPerbankan – Dua puluh tahun setelah diusir Amerika Serikat, pasukan Taliban kembali berhasil menguasai Afghanistan pada hari Minggu (15/8/2021) yang lalu. Taliban dikenal sebagai faksi religius dan politik ultrakonservatif yang berkembang pada pertengahan tahun 1990-an.
Taliban berkuasa kembali di Afghanistan setelah berhasil menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Kekacauan pun tidak terhindarkan. Ribuan warga Afghanistan memilih meninggalkan Afghanistan karena enggan berada di bawah pimpinan Taliban.
Berkaca pada tahun 1996 hingga tahun 2001, Afghanistan menajdi negara yang tertutup dan dinilai melanggar hak azasi manusia. Seperti akses pendidikan yang tidak diberikan kepada perempuan, aturan berbusana, perempuan tidak diperbolehkan bekerja , dsb.
Keberhasilan Taliban memukul mundur Amerika Serikat dari Afghanistan seolah menunjukan kekuatan Taliban selama 20 tahun membayangi pemerintahan sah Afghanistan. Kekuatan pasukan Taliban disebut-sebut sudah setara dengan pasukan elite militer negara maju. Bahkan Amerika Serikat yang dikenal dengan kecanggihan alat perangnya pun berhasil dikalahkan.
Hingga pertengahan 2021 diperkirakan jumlah kekuatan Taliban mencapai 100 ribu prajurit. Jumlah tersebut naik signifikan dari tahun 2001 yang hanya berjumlah 30 ribu pasukan.
Sumber Pendanaan Pasukan Taliban
Selama kurun waktu 20 tahun, jumlah pasukan Taliban mengalami peningkatan tajam. Pada tahun 1996 sebanyak 30 ribu pasukan dan kini ada sekitar 100 ribuan pasukan yang berhasil menjatuhkan kepemimpinan Ashraf Ghani.
Dengan jumlah pasukan yang banyak, tentu memerlukan biaya tidak sedikit untuk kegiatan perang dan logistik pasukan Taliban. Menurut data PBB, pemasukan tahunan Taliban pada tahun 2018 mencapai US$1,5 miliar (Rp21,4 triliun) per tahun. Jumlah tersebut melejit dari pemasukan tahun 2011 sebesar US$ 400 juta atau kira-kira Rp5,7 triliun.
Lantas darimana Taliban punya dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh pasukan?. Menurut laporan BBC, Taliban memiliki sistem perpajakan yang canggih dan jaringan keuangan. BBC melaporkan beberapa sumber penghasilan Taliban selama ini.
Donasi Asing
Pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat mencurigai sejumlah negara membiayai keperluan Taliban di Afghanistan, diantaranya Pakistan, Rusia dan Iran. Akan tetapi ketiga negara tersebut kompak membantah tudingan tersebut.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar dianggap sebagai penyumbang individu paling banyak. Para pakar memperkirakan jumlah pemasukan Taliban dari donasi asing mencapai US$500 juta (Rp7,1 triliun) setiap tahun.
Pada tahun 2008 intelejen AS melaporkan dana asing yang masuk ke kantong Taliban sebanyak US$ 106 juta. berdasarkan laporan tersebut disebutkan negara-negara teluk mendominasi sumber pendapatan Taliban.
Perdagangan Narkoba
Pemberitaan yang beredar selama ini, Taliban diduga memproduksi narkoba jenis heroin. Afghanistan sebagai penghasil opium terbesar didunia memurnikan opium menjadi heroin. Nilai ekspor tahunan mencapai Rp21,4 triliun- Rp42,8 triliun.
Sementara itu pendapatan Taliban dari perdagangan narkoba diperkirakan mencapai angka Rp. 5,6 triliun per tahun. Pendapatan ini menyumbang 60 % dari total pendapatan Taliban.
Penarikan ‘Upeti’ di Wilayah Kekuasaan Taliban
Sebelum kembali menguasai Afghanistan secara keseluruhan, selama dua puluh tahun Taliban menguasai beberapa wilayah di Afghanistan. Taliban mewajibkan para pedagang membayar pajak sejumlah barang diantaranya bahan bakar dan material bangunan, yang melewati wilayah kekuasaan mereka.
Selama dua dekade kelompok Taliban meraup uang dari berbagai proyek infrastruktur pemerintah yang dibiayai oleh negara-negara barat, seperti pembangunan jalan, sekolah dan fasilitas kesehatan.
Saat Taliban melakukan serangan, Taliban akan merampas mobil, uang, senjata api, mobil lapis baja dan benda berharga lainnya.
Pungutan Liar Pertambangan
Kekayaan mineral dan batu mulia di Afghanistan belum banyak dimanfaatkan karena konflik yang berkepanjangan. Selama ini kegiatan pertambangan dilakukan secara ilegal dan berskala kecil. Analis PBB mengatakan Taliban memeras para operator tambang. Dalam laporan tahun 2014, Taliban berhasil mengantongi US$10 juta setiap tahun dari tambang ilegal di Provinsi Helmand.
Warisan Kekayaan Taliban Pasca Menguasai Afghanistan
Setelah dua puluh tahun melawan tentara Afghanistan dan AS, Taliban berhasil membuat tentara AS mundur, bahkan Presiden Afghanistan dua periode Ashraf Ghani memilih hengkang dari negaranya itu. Ghani sempat dikritik karena meninggalkan Afghanistan dengan membawa banyak uang, sementara rakyat Afghanistan harus berjuang untuk meninggalkan negaranya, sisanya harus tetap bertahan di bawah kepemimpinan Taliban.
Setelah berhasil berkuasa untuk kedua kalinya, Taliban ketiban untung besar dengan sejumlah kekayaan alam dan harta rampasan perang AS yang bernilai fantastis. Seberapa kaya Taliban sekarang?
Taliban ‘mewarisi’ alat perang canggih Amerika Serikat
Kekalahan tentara Amerika Serikat dan Afghanistan melawan Taliban, membuat AS tak punya banyak waktu untuk menyelamatkan sejumlah peralatan perang yang tertinggal atau ditinggalkan tentara AS. Itu artinya kini Taliban mewarisi perlatan perang AS yang harganya ditaksir mencapai puluhan miliar dolar AS.
Perlatan canggih tersebut adalah helikopter tempur, tank dan juga pesawat militer. Senapan canggih dan pakaian perang taktikal yang ikut tertinggal di Afghanistan.
Anggota Kongres AS dari Partai Republik Jim Banks menuturkan, kini Taliban memiliki banyak helikopter Black Hawk. Dilansir dari The Sun, Banks mengatakan Taliban mewarisi peralatan perang canggih AS senilai 85 miliar dolar AS.
Dengan peralatan canggih peninggalan AS itu, Taliban mampu mematahkan pertahanan 300 ribu pasukan hanya dengan 85 ribu pasukan Taliban.
Militan Taliban tercatat memiliki akses untuk ratusan pesawat perang dan helikopter taktis serta puluhan ribu kendaraan lapis baja dan ribuan senjata.
Taliban Ketiban Harta Karun
Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan akan ‘mewarisi’ harta karun dari dalam perut bumi Afghanistan yang selama ini belum sempat dieksploitasi akibat kondisi kemanan negara yang masih sibuk berperang dan konflik dimana-mana. Beberapa di antaranya bahkan masih dalam kondisi tambang utuh
Jumlah kekayaan mineral dan aneka hasil tambang perut bumi Afghanistan diprediksi bernilai hampir US$ 3 triliun atau setara dengan Rp 43.163 triliun (kurs dolar Rp 14.387)
Berdasarkan penelitian, Afghanistan menyimpan kekayaan tambang berupa emas, perak, dan plutonium, sejumlah besar uranium, tantalum, bauksit, gas alam, garam, batu logam, tembaga, perak, kromium, timah, bedak, belerang, batu bara, barit, dan seng.
Di saat negara-negara ain mulai mengalami kelangkaan barang tambang, Afghanistan justru mencuri perhatian dengan kekayaan SDA yang masih beum digarap. Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan mengklaim telah menemukan 1400 titik pertambangan potensial seperti gas alam, batu bara, garam, uranium, tembaga, emas, dan perak.
Berkuasanya Taliban di Afghanistan menimbulkan banyak keraguan, apakah Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban mampu mengolah kekayaan alam yang berlimpah tersebut dan memberikan kesejahteraan bagi warga Afghanistan.
Lantas negara mana saja yang mulai melakukan pendekatan dengan Taliban untuk menjalin kerjasama eksploitasi pertambangan Afghanistan?. Sejauh ini China disebut-sebut tengah gencar mendekati pemerintah Afghanistan yang baru.