BeritaPerbankan – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penyaluran kredit perbankan pada Juli 2024 tetap menunjukkan pertumbuhan yang kuat, dengan peningkatan sebesar 11,6% (yoy) menjadi Rp7.430,5 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 11,4% (yoy).
Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, pertumbuhan kredit ini terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit kepada debitur korporasi sebesar 16,8% (yoy) dan kepada perorangan sebesar 5,9% (yoy).
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh perkembangan kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja (KMK) pada Juli 2024 tumbuh 10,8% (yoy), didukung oleh sektor keuangan, real estat, jasa perusahaan, serta pertambangan dan penggalian.
Selain itu, kredit investasi tumbuh 14% pada Juli 2024, naik dari 13,8% pada bulan sebelumnya. Kredit konsumsi juga mengalami peningkatan, tumbuh 10,6% pada Juli 2024 dibandingkan dengan 10,2% pada Juni 2024. Pertumbuhan kredit konsumsi ini didorong oleh kredit pemilikan rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit pada Juli 2024 akan mencapai 12,4% (yoy), didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat sebesar 7,72% (yoy).
Dalam konferensi pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan pada Agustus 2024, Perry menyampaikan bahwa untuk memperkuat pendanaan perbankan, optimalisasi sumber pendanaan dari DPK diperlukan, termasuk melalui penerbitan surat-surat berharga dan pinjaman.
Permintaan kredit dari korporasi tetap kuat seiring dengan penjualan yang baik, sementara permintaan kredit rumah tangga juga tinggi, terutama didorong oleh kredit kepemilikan rumah (KPR). Secara sektoral, pertumbuhan kredit tercatat tinggi di mayoritas sektor ekonomi, termasuk industri listrik, gas, air, dan sektor pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit didukung oleh investasi yang tumbuh 15,2% (yoy), modal kerja 11,6% (yoy), dan konsumsi 10,98% (yoy). Namun, Perry juga mencatat bahwa pertumbuhan pembiayaan dari bank syariah masih berada di bawah rata-rata industri, yaitu 11,75% (yoy), dan kredit UMKM juga belum menunjukkan penguatan yang signifikan, dengan pertumbuhan sebesar 5,16% (yoy).
Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) bruto pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,26%, dengan NPL bersih sebesar 0,78%. Perry menegaskan bahwa ke depannya, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan KSSK dan OJK dalam rangka mitigasi risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.