Beritaperbankan – Raksasa properti China, Evergrande Group yang terlilit utang jumbo setara 2 kali belanja APBN RI membuat heboh. Hal itu membuat Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBOC) menyuntikkan dana ratusan triliun ke sistem perbankan negara.
Hal itu untuk meredam dampak bola salju utang Evergrande Group ke sektor lain, dimana ada kekhawatiran gagal bayar bakal mengguncang pasar global. Seperti dikutip dari Reuters, PBOC menyuntikan dana sebesar 90 miliar yuan (USD14 miliar atau setara Rp 199,4 triliun) ke dalam sistem perbankan untuk mendukung kondisi pasar stabil saat dibuka kembali.
Kekhawatiran muncul karena kondisi Evergrande yang terlilit uang ditakutkan dapat berdampak besar terhadap perekonomian China. Ini membuat investor di pasar saham dan oblior global kian gelisah.
Kepala Investasi EM Sumitomo Mitsui Bank Tokyo, Yasutada Suzuki mengatakan, suntikan dana tunai PBOC merupakan upaya resmi pemerintah untuk mencegah terjadinya krisis.
“Saya menduga itu untuk mengatasi kekhawatiran tentang Evergrande dan itu menunjukkan PBOC berusaha mendukung pasar,” kata Yasutada.
Evergrande memang telah berjanji untuk menyelesaikan pembayaran kupon obligasi yang jatuh tempo pada Kamis (23/9/2021) pada obligasi yang jatuh tempo pada September 2025. Evergrande wajib membayar bunga obligasi senilai USD83,5 juta (Rp 1,1 triliun) pada 23 September untuk obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2022.
Sementara obligasi lainnya yang jatuh tempo pada Maret 2024, bunganya harus dibayar sebesar USD47,5 juta (Rp 667 miliar) pada 29 September nanti. Kedua obligasi akan dinyatakan gagal bayar jika Evergrande gagal melunasi bunga dalam waktu 30 hari dari tanggal pembayaran yang sudah dijadwalkan.
“Injeksi bersih PBOC mungkin bertujuan merelaksasi ketegangan di pasar akibat adanya kekhawatiran tentang Evergrande. Meski tujuannya untuk kedisiplinan, ada juga kebutuhan untuk mencegah penularan ke ekonomi riil atau ke sektor lain,” kata Eugene Leow, Ahli Strategi Suku Bunga Senior di DBS Bank Ltd. di Singapura.
Kebutuhan untuk menenangkan pasar semakin penting di tengah kerugian ekuitas yang berhubungan dengan China di seluruh dunia. Benchmark Indeks CSI 300 turun hingga 1,9% pada Rabu setelah Hang Seng China Enterprises Index mencatatkan rekor penurunan dalam dua bulan terakhir pada Senin.