BeritaPerbankan – Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono menilai tren pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi karena didorong oleh berubahnya tren investasi dan digitalisasi.
Sejak pandemi covid-19 melanda dunia beberapa waktu lalu, kata Iwantono, telah mengubah teknologi yang dipakai dalam dunia usaha. Menurutnya, penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan banyak digunakan oleh dunia usaha di dalam negeri ke depannya.
“AI itu capital intensive, jadi tidak akan memiliki karakter untuk menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu, tidak mungkin mengharapkan investasi mampu menciptakan lapangan kerja,” kata Iwantono dalam Jumpa Pers Apindo di Jakarta.
Untuk itu, Iwantono sebagai Apindo menawarkan dua pilihan untuk menciptakan lapangan kerja. Pertama, dengan penciptaan wirausaha baru sejak tingkat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurutnya, dengan meningkatkan lulusan pendidikan perguruan tinggi tidak akan menyelesaikan masalah dari minimnya lapangan kerja di Indonesia, justru lulusan SMA lah yang seharusnya mampu menciptakan pekerjaan itu sendiri.
“Pendekatan seperti ini yang dicari bentuk model pendidikan oleh Apindo. Kita nggak mungkin mengharapkan penciptaan lapangan kerja ke depannya melalui investasi,” tutu dia.
Kedua, insentif investasi oleh investor lokal. Menurut Iwantono, investor asing akan mengarah kepada investasi padat modal daripada padat karya, mengingat tren penggunaan AI yang terus naik.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Darwoto. Menurut dia, berlanjutnya tren PHK di tahun 2024 didorong oleh digitalisasi, khususnya pada sektor alas kaki, tekstil dan produk tekstil , dan manufaktur.
Darwoto mengatakan, sebuah perusahaan bisa melakukan pengurangan tenaga kerjanya di tahun 2024 hingga 50% karena digitalisasi. Ia menyebut industri alas kaki dan TPT menjadi dua subsektor manufaktur yang paling tertekan dari sisi penyerapan tenaga kerja tahun 2024 akibat digitalisasi.
“Satu, tertekan karena pengaruh digitalisasi, tapi juga karena pelemahan permintaan global. Situasi global memang berpengaruh pada industri alas kaki dan TPT,” ujarnya.
Melansir data milik Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), tercatat jumlah tenaga kerja yang terkena PHK pada Januari-Oktober 2023 mencapai 237.080 orang. Anak korban PHK terus konsisten meningkat selama periode tersebut dari 2.867 per Januari 2023 menjadi 45.576 per Oktober 2023.