BeritaPerbankan– Pertumbuhan jumlah investor di Indonesia tercatat mengalami lonjakan signifikan selama dua tahun terakhir ini atau sepanjang pandemi covid-19 berlangsung. Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya mengatakan hingga Juni 2022 tercatat kenaikan jumlah investor ritel sebanyak 6,8 juta investor menjadi 9,3 juta investor dibandingkan data pada Desember 2019 yang mencatatkan jumlah investor ritel hanya 2,5 juta investor.
Itu artinya ada 6,8 Juta orang yang baru menggeluti dunia investasi dalam waktu dua tahun terakhir ini. Purbaya menambahkan lonjakan jumlah investor tidak lepas dari efek pandemi covid-19 yang mendorong masyarakat semakin konsen pada pengelolaan keuangan, salah satunya melalui instrumen investasi.
Selama pandemi, investasi menjadi salah satu isu yang cukup ramai menjadi perbincangan di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.
Hal itu turut dipengaruhi oleh kemunculan para influencer maupun public figure yang membagikan pengalaman mereka berinvestasi sebagai salah satu cara mengelola keuangan untuk meningkatkan taraf hidup di masa depan.
Purbaya memberikan apresiasi yang tinggi kepada generasi milenial yang mulai melek investasi. Menurut Purbaya fenomena tersebut menunjukan bahwa kekinian tren investasi semakin inklusif sebab investor baru banyak bermunculan dari berbagai kalangan usia, latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Bahkan data menunjukan dari sisi jumlah investor, investor berusia di bawah 30 tahun berkontribusi paling besar yaitu sebanyak 59,4 persen.
“Peningkatan ini terjadi di semua instrumen investasi, mulai dari saham, reksadana, dan SBN (Surat Berharga Negara). Menarik perhatian, secara demografis basis investor berusia di bawah 30 tahu, mencanpai 59,4% dari total investor individu di Indonesia,” kata Purbaya.
Tidak hanya kesadaran berinvestasi yang mengalami peningkatan, produk simpanan perbankan juga semakin digemari masyarakat baik untuk menabung, tabungan berjangka, deposito, giro dan lain sebagainya.
LPS mencatat terjadi kenaikan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan nasional hingga Juni 2022 sebanyak 9,1 persen secara tahunan (yoy).
Di satu sisi indeks inklusi keuangan terus menunjukan grafik peningkatan, yang mengindikasikan ragam produk keuangan dan investasi makin diminati oleh masyrakat selama dua tahun terakhir ini.
Sayangnya kabar baik itu masih terganjal oleh rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat kita. Perbandingan antara indeks inklusi keuangan dan literasi keuangan adalah 76,19 persen berbanding 38 persen.
Terdapat gap yang lebar antara keduanya sehingga berpotensi merugikan masyarakat yang menggunakan produk keuangan tanpa pemahaman terhadap fitur produk dan mitigasi risiko. Akhirnya banyak investor yang menjadi korban investasi bodong, arisan online bodong, penipuan bermodus social engineering yang makin marak terjadi dan masih banyak lagi.
Untuk itu LPS berkomitmen terus meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Terbaru LPS menggelar lomba pembuatan video pendek bertajuk ‘Creavid Competition’ yang merupakan rangkaian acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) yang digelar oleh LPS bersama Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
OJK turut merespon fenomena munculnya investor-investor baru dari kalangan generasi milenial dalam dua tahun terakhir ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan hanya separuh dari total angka inklusi keuangan yang benar-benar memahami produk keuangan itu sendiri.
Mahendra menambahkan OJK memiliki berbagai program edukasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ragam produk layanan keuangan dan investasi.
Mahendra melihat ada pengaruh besar dari media sosial yang mendorong masuknya anak-anak muda ke pasar modal.
Maka literasi keuangan bagi generasi milenial harus akan berdampak jika dilakukan melalui platform social media yang memang menjadi ‘taman bermain’ para investor muda dalam berinteraksi dan mencari informasi.
“Salah satu pendorong utama investor muda pasar modal adalah literasi investasi yang masih tinggi dan semakin mudah diakses terutama media sosial,” jelasnya.
Senada dengan OJK, LPS menggelar kompetisi video pendek ‘Creavid Competition’ untuk memberikan pemahaman literasi keuangan dengan pendekatan melalui industri kreatif yang dekat dengan generasi muda.
Salah satu juri Creavid Competition, artis Yuki Kato berharap dengan diselenggarakannya acara tersebut dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak muda soal peran dan fungsi LPS serta mengangkat berbagai isu keuangan agar masyarakat mengerti dengan cara yang mudah dipahami yaitu melalui video-video edukatif dan kreatif dari para peserta.