BeritaPerbankan – Penjahat dunia maya berusaha untuk menguangkan dan mengam-bil keuntungan dari meningkatnya minat pada perbankan seluler dan investasi kripto. Para pelaku meyakinkan korban untuk mengunduh aplikasi palsu yang menggunakan nama dan logo perusahaan keuangan AS asli dan menyimpan mata uang kripto mereka ke dalam dompet yang terkait dengan aplikasi tersebut, kata FBI.
FBI belum lama ini mengatakan 244 investor dalam waktu kurang dari setahun telah ditipu sekitar USD 42,7 juta atau sekitar Rp643,7 miliar melalui aplikasi seluler palsu yang mengklaim sebagai platform investasi cryptocurrency.
Sejak Oktober, agensi telah mengamati scammers yang menghubungi investor AS dengan penawaran penipuan layanan investasi cryptocurrency dan membujuk investor ini untuk mengunduh aplikasi seluler palsu.
Ketika beberapa korban berusaha menarik dana mereka dari aplikasi penipuan, mereka menerima email yang meminta mereka untuk membayar pajak atas investasi mereka sebelum melakukan penarikan. Setelah membayar “pajak”, korban tetap tidak dapat menarik dananya.
Menurut Spotlight Data Perlindungan Konsumen Komisi Perdagangan Federal, lebih dari 46.000 orang telah kehilangan lebih dari USD 1 miliar karena penipuan kripto telah terjadi sejak awal 2021,
Cryptocurrency muncul sebagai metode umum bagi scammer untuk mencuri uang orang karena beberapa alasan utama, laporan tersebut mengungkapkan. Tidak ada bank atau otoritas terpusat lainnya untuk menandai transaksi mencurigakan yang dilakukan dengan cryptocurrency.
Sebelumnya, tak bisa dipungkiri pergerakan volatilitas market kripto cukup kuat sejak akhir pekan lalu hingga saat ini. Bahkan kripto terbesar, Bitcoin sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan.
Menurut data CoinMetrics, Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi USD 22.757 atau setara Rp 340,7 juta level tertinggi sejak 16 Juni. Biasanya Bitcoin hanya diperdagang-kan di kisaran USD 19.000 hingga USD 21.000.
Melihat kondisi tersebut, Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, pada dasarnya saat ini selera risiko investor kripto sedang redup karena prospek makroekonomi yang tidak pasti. Ini juga terjadi pada market saham yang menjadi tolok ukur melihat kegaira-han investasi di aset berisiko.
“Prospek ke depan tekanan di market kripto semakin berat setelah nilai dolar AS semakin kuat sejak pekan lalu. Alhasil harga aset kripto bakal terus bergerak di rentang sempit sampai investor mendapat gambaran mengenai prospek ekonomi ke depan,” ujar Afid pada Rabu, 20 Juli 2022.
Saat ini, investor menanti kepastian mengenai kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan bank sentral AS, The Fed, demi menekan inflasi tanpa harus menimbulkan efek samping berupa resesi ekonomi.