BeritaPerbankan – Pasokan bahan-bahan makanan di dunia susut dan akan meningkatkan risiko krisis pangan atau kelaparan di seluruh dunia. Ketahanan pangan jadi isu utama dunia akhir-akhir ini.
Perubahan iklim memang jadi alasan utama menyebabkan gangguan cuaca seperti kekeringan yang membuat produksi berkurang. Tapi kemudian diperparah dengan konflik di Eropa Timur yang membuat harga bahan pangan dari biji-bijian khususnya makin mahal. Harga minyak dan gas yang meroket turut mempengaruhi harga pupuk yang ujung-ujungnya biaya panen pun kian mahal dan mempengaruhi hasil produksi di berbagai negara.
Ekonomi diambang resesi dan perang masih saja terjadi. Di tengah gejolak tersebut, krisis pangan membayangi karena produksi pangan yang diramal akan seret. Pasokan yang menipis akibat kekeringan ditambah konflik antara Rusia dan Ukraina, diperparah dengan proteksionisme oleh para negara produksi pangan.
Dampaknya, Terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengeluarkan laporan estimasi pasokan pertanian dunia:
Gandum
Konsumsi dunia turun 1,8 juta ton menjadi 784,2 juta ton, terutama untuk pakan dan penggunaan sisa persediaan di Uni Eropa dan Ukraina. Proyeksi stok akhir dunia 2022/23 meningkat 0,7 juta ton menjadi 267,5 juta ton tetapi tetap terendah sejak 2016/17. Analis memperkirakan stok akhir gandum dunia sebesar 267,552 juta ton, lebih rendah dari periode 2021/2022 sebesar 280,1 juta ton.
Jagung
Stok jagung global akhir 2022/2023 pada Juli sebesar 312,94 juta ton, naik tipis dari periode sebelumnya sebesar 312,28 juta ton.
Kedelai
Stok akhir kedelai global 2022/2023 diperkirakan sebanyak 99,6 juta ton, naik dari periode 2021/2022 sebesar 88,73 juta ton.
Beras
Konsumsi beras dunia pada 2022/2023 diperkirakan akan meningkat 0,8 juta ton naik ke 519,2 juta ton. Faktornya adalah peningkatan konsumsi di India. Sementara proyeksi persediaan akhir global pada 2022/2023 turun 2,8 juta ton menjadi 183,4 juta ton.
Minyak dari Biji-bijian
Produksi minyak dari biji-bijian global diproyeksi turun 0,3 juta ton menjadi 646,8 juta ton karena biji bunga matahari yang lebih rendah. Produksi biji minyak minyak dari lobak dan kedelai yang lebih tinggi menopang produksi minyak tidak jatuh lebih dalam.
Minyak dari biji-bijian sebagai alternatif dari minyak kelapa sawit. Saat pasokan minyak dari biji-bijian ini susut, permintaan akan beralih ke minyak kelapa sawit. Padalah produksi minyak kelapa sawit masih tertekan karena krisis tenaga kerja di Malaysia. Hal ini akan membuat harga minyak goreng diperkirakan tetap mahal.