BeritaPerbankan – Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter harus melihat apa yang menyebabkan pasokan dolar AS di dalam negeri sangat menipis. Keringnya likuiditas valuta asing atau valas di tanah air dinilai perlu diantisipasi segera. Karena di akhir tahun, banyak pembayaran-pembayaran yang harus menggunakan dolar AS.
BI pada konferensi pers pekan lalu melaporkan, kredit yang diberikan kepada pihak ketiga atau Loan to Deposit ratio (LDR) dalam valas meningkat. Namun LDR valas yang meningkat tidak diimbangi dengan pertumbuhan simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pada September 2022, pertumbuhan kredit valas tumbuh double digit atau sebesar 18,1%, sementara pertumbuhan penghimpunan DPK valas hanya mencapai 8,4%.
Para pengusaha juga pasti akan berhitung di tengah rupiah yang terus melemah hingga hari ini, volatilitas pelemahan rupiah itu yang menurut Anny harus dijaga.
Para otoritas yang berada di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) seperti BI, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus lebih jeli melihat perkembangan permintaan dolar.
Pasalnya, menurut Anny permintaan dolar di dalam bulan ini hingga akhir tahun diperkirakan akan meningkat untuk pembayaran utang yang beberapa di antaranya dalam bentuk valas.