BeritaPerbankan – Badan Antariksa (NASA) sudah lama tertarik mengembangkan nuklir. Lewat sebuah program bernama NERVA, NASA pernah menjadwalkan pesawat tenaga nuklir pada 1979. Sayangnya, program ini dibatalkan pada 1972.
Kini, NASA menetapkan target untuk mengirim astronaut ke MARS pada akhir 2030-an atau 2040-an. Mereka masih menilai propulsi nuklir sebagai kunci dari ambisi perjalanan ke Mars, karena bisa memangkas waktu yang dibutuhkan.
Roket tenaga nuklir menggunakan reaktor fisi berukuran kecil, yang melepaskan energi panas yang luar biasa saat pemecahan atom. Energi ini kemudian digunakan untuk memanaskan gas yang menciptakan dorongan di luar angkasa.
Proses ini berbeda dengan generator isotop radio termoelektrik, teknologi nuklir ini sudah digunakan sejak pesawat luar angkasa pertama. RTG tidak mendorong propulsi, mereka menggunakan panas dari peluruhan radioaktif untuk menghasilkan energi listrik. Listrik tersebut kemudian digunakan sebagai sumber tenaga motor, instrumen, dan peralatan lain.
Sebelumnya Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DARPA) dan NASA menargetkan demonstrasi pada 2027. Namun, waktu peluncuran bisa maju ke akhir 2025 atau awal 2026.
Pesawat luar angkasa DRACO akan menempati posisi orbit yang sangat tinggi, sekitar 700 hingga 2.000 kilometer. Dari ketinggian tersebut, DRACO tidak akan jatuh ke permukaan Bumi paling tidak dalam 300 tahun. Mesin nuklir DRACO hanya akan diaktifkan begitu mereka mencapai orbit. Selama peluncuran, mesin akan dilengkapi oleh logam yang bisa mengasorbsi neutron.
DRACO akan beroperasi di orbit selama beberapa bulan. Uji coba di orbit bertujuan membuktikan bahwa mesin NTP bisa beroperasi dalam jangka waktu panjang di luar angkasa. Satu-satunya isi dari DRACO adalah hidrogen seberat 2.000 kilogram dalam kondisi dingin.